Lovin U (Full Part)


Tentang Jessi

    Cerita ini dimulai dengan latar belakang keluarga Jessi. Ia adalah anak pertama dari pasangan Mario Sanjaya dan Hany Sanjaya. Ia juga punya seorang adik laki-laki bernama Kevin Leonardo Sanjaya. Ya, lebih tepat nya lagi dia adalah cucu pertama dari anak semata wayang keluarga Sanjaya, ayahnya. Dulu, keluarga Sanjaya punya bisnis besi baja yang terkenal se-Asia Tenggara. Hal ini membuat keluarga Sanjaya menjadi orang terkaya di Indonesia kedua setelah keluarga Wijaya yang juga punya usaha besi baja. Namun, kejayaan itu telah sirna, akhirnya Ferry Sanjaya dan Maggie Sanjaya, kakek dan neneknya Jessi bankrupt. Keluarga Sanjaya harus pindah dari Samarinda dan menetap di Yogyakarta.

    Yap, disitulah ayah Jessi menemukan cinta sejatinya, ya bundanya yang memang asli orang Jogja yang menerima kondisi ayahnya apa adanya. Pada waktu itu keluarga Sanjaya membuka bisnis meuble karena ada sedikit keahlian kakek dan ayahnya dalam membuat patung dan ukiran di kayu. Tapi bisnis itu tidak mengembalikan kejayaan di masa lampau, tetap saja mereka hidup sederhana dan pas-pasan. Sampai akhir tahun 1999, lahirlah putri kecil yang bernama Jessi Aurelia Sanjaya disusul adiknya Kevin Leonardo Sanjaya yang lahir 6 tahun setelahnya. Tersimpan rahasia besar yang tidak pernah bunda dan Jessi ketahui tentang masa lalu keluarga Sanjaya itu.

    Masa kecil Jessi memang kurang begitu menyenangkan, ia tidak punya teman selain adik laki-lakinya itu. Mungkin karena Jessi terlihat seperti anak kutu buku yang selalu dikepang dua dan tidak terlalu banyak bicara. Masa taman kanak-kanak ia lewati dengan bahagia sampai memasuki masa sekolah dasar yang membuatnya menangis karena sering dibully. Bahkan tidak ada seorangpun yang berteman dekat dengannya, walaupun bisa dikatakan ia selalu menjadi bintang kelas. Katanya sih Jessi itu makhluk aneh yang ngga asik kalau berteman pasti ngomongin soal buku mulu.

 Pertemuan yang Manis

    Hari-hari ia lewati dengan begitu membosankan sampai ia naik ke kelas 6 SD, ada anak pindahan dari Jakarta bernama Jerry. Jerry adalah anak laki-laki paling tampan di sekolah itu. Sontak membuatnya di gilai semua. anak perempuan di sana, bahkan sejak ia menginjakkan langkah pertamanya di hari pertama masuk sebagai anak pindahan. Namun, tidak membuat Jerry menjadi anak yang angkuh. Ia malahan takut jika dikejar-kejar dan digoda anak-anak perempuan itu. Kebetulan Jerry dan Jessi satu kelas, namun mereka tidak pernah bicara karena Jerry masih takut dekat-dekat atau bahkan bicara dengan anak perempuan. Pikirnya semua anak perempuan sama saja, menyebalkan.

    Seperti biasa, saat jam istirahat Jessi hanya bisa duduk di bawah pohon cemara di samping sekolah sambil membaca buku latihan soal UN. Ya karena ia tidak memiliki teman sih. Di situ adalah tempat paling nyaman karena tidak ada seorangpun yang mau dudu.n jadi-jadian. hehe." Terdengar ada suara anak laki-laki yang membuat Jessi ikut terkejut. Sontak membuat Jessi menoleh ke atas dan melihat ada sosok manis yang sedang berkeringat karena terlihat habis lari-larian.

    "Ah, kamu Jer. Nagapain sampai basah kuyup gitu. Abis mandi keringat? Hahahahha"

    "Sembarangan, jangan bicara keras-keras dong. Nanti anak-anak perempuan yang mengerikan itu ke sini lagi. Aku sedang menghindari mereka tahu. Oh iya kamu ngapain di sini sendiri?"

    "Oh aku lagi baca buku latihan soal UN hehe. Hahahah kamu takut sama anak-anak perempuan itu? Lucu banget sih, gitu aja sampe lari-larian segala."

    "Hush, jangan keras-keras dong ketawanya."

    "Iya-iya, maaf."

    "Ternyata kamu anak perempuan yang berbeda ya. Hai kenalin aku Jerry. Nama kamu siapa?"

    "Aku Jessi, kita kan memang satu kelas kan ya."

    "Oh ya kamu Jessi, asik dong kalau begitu kamu jadi teman dekatku ya. Berhubung aku juga senang membaca. Gini-gini ak di Jakarta sering jadi bintang kelas juga kayak kamu hehe. Aku mau kita bersaing dengan sehat. Mau ngga kamu jadi teman aku belajar?"

    "Ha, ngga salah kamu mau berteman denganku. Pakek acara mau bersaing pula. Loh emangnya kamu tahu dari mana tentang aku ?"

    "Hellooooo, kamu ini terkenal keles. Katanya sih si bintang kelas yang tak punya teman. Hahahahha"

    "Ya udah kalau kamu cuman bikin aku bad mood aja. Pergi aja sana."

    "Maaf maaf, ak cuman bercanda. Gimana dengan tawaran pertemananku itu? Aku suka banget

membaca lho kayak kamu. Aku pikir kita bisa jadi teman belajar yang baik"

    "Hmmmmm, menarik juga ya. Ya udah aku mau deh."

    "Oke kalau begitu setiap jam istirahat kita bertemu di sini lagi ya. Aku mau ikutan belajar bareng kamu."

    "Oke."

    Sejak saat itu, Jessi punya teman baru yang satu hobi dengannya. Mereka sering pergi untuk membeli buku di toko buku sebrang sekolah ataupun sekadar membaca  di perpustakaan. Namun, itu hanya kebahagiaan semu. Banyak anak-anak yang iri dan sangat memusuhi Jessi karena bisa dekat dengan Jerry.

    Sampai suatu ketika, saat perjalanan pulang ke rumah. Jessi dibuntuti empat orang anak perempuan dengan satu kepala genk nya, Manda. Ya dia adalah anak perempuan yang famous karena kecantikan dan kekayaannya.

    "Hei berani banget sih kamu dekat-dekat sama si Jerry." Kata Manda dengan sangat marah

    "Ha, aku cuman berteman aja kok sama si Jerry." Jawab Jessi sambil menoleh ke belakang

    "Serang dia ladies." Komando Manda yang mengisyaratkan empat temannya untuk melempari kantong berisi air itu ke arah Jessi

    Akhirnya pun Jessi harus basah kuyup dan menangis tak bisa berbuat apa-apa. Ia tidak ada keberanian untuk melawan. Karena pesan bundanya untuk fokus sekolah dan tidak usah cari masalah. Ia pun tak pernah bercerita kalau sering dibully supaya bundanya tidak khawatir.

    "Hey, apa-apaan kalian ini. Bertindak seperti anak TK saja." Suara Jerry dari kejauahan yang perlahan mendekat

    "Je je jerrry... " Kata Amanda dengan penuh ketakutan.

    "Kamu ngga boleh kayak gitu Manda. Kalau kamu ulangi lagi, aku akan membencimu seumur hidupku." Ancam si Jerry penuh dengan keseriusan

    Ancaman itu sukses membuat Manda ketakutan dan tak berani lagi untuk mem-bully Jessi.

    "Kamu ngga papa? Basah kuyup gitu"

    "Iya ngga papa kok, cuman air"

    "Tapi kan, nanti kamu masuk angin loh. Ayo ke rumah kakkeku aja, deket sini kok. Aku pinjamin bajuku deh."

    Akhirnya mereka sampai di rumah Kakek Antonius.

    "Sepi banget ya Jer, di rumah sebesar ini ada siapa aja?"

    "Ya paling ada aku dan kakekku aja sih. Mungkin sekarang Kakek Antonius lagi tidur hehe"

    "Kemana orang tuamu dan keluarga yang lain?"

    "Oh orang tuaku ada pekerjaan sibuk di luar negeri dan nenekku ngga mau di ajak ke Jogja dan memilih mengurus urusannya di sana. Sedangkan aku cuman mau nemenin kakek ke Jogja sih."

    "Lah emangnya kenapa kakekmu ke Jogja?"

    "Entah lah, ada sesuatu yang ingin ia cari katanya. Tapi, tak pernah memberi tahu pada ku. Ya sudahlah aku hanya ingin menjaga kakek saja."

    "Oh begitu ya. Hehe mana bajumu itu aku sudah kedinginan?"

    "Oh iya sebenetar. Ini bajunya, kamu ganti aja di kamar mandi itu."

    Sepuluh menit kemudian.

    "Makasih ya Jer. Ak pulang dulu."

    "Mau aku anter?"

    "Ngga usah Jer aku bisa sendiri kok. Tenang, aman."

    "Oke deh klo begitu. Hati-hati di jalan"

    "Siapppppo."

Perpisahan dan Komitmen

    Akhirnya wisuda SD pun tiba. Dengan bangga Jerry dan Jessi naik ke atas podium membawa piala mereka masing-masing. Ternyata mereka berdua sama-sama mendapat nilai UN tertinggi.

    "Seru ya Jess, kita bisa naik podium gini."

    "Iya Jerr, hehe."

    Setelah itu mereka turun dan kembali ke tempat duduk mereka yang saling bersebelahan.

    "Jess, aku mau ngomong sesuatu. Penting." Bisik nya Jerry tepat di telinga sebelah kanan Jessi. Sukses membuat Jessy tersenyum dengan rona pipi kemerah-merahan.

    "Apaan sih Jerr, mau ngomong apa."

    "Hush, kamu mikirin apa sampe muka mu merah gitu. Pasti ge errr ya... "

    "Enggg enggg nggak enggak. Udah deh mau ngomong apa."

    "Sebenernya berat sih. Aku mau bilang kalau aku akan kembali lagi ke Jakarta."

    "Tapi kamu mau balik lagi kan ke Jogja."

    "Maaf Jess, aku akan menetap di Jakarta karena urusan kakek sudah selesai disini."

    Jessi pun menangis dan terlihat sangat sedih mendengar perkataan Jerry itu.

    "Udah Jess jangan sedih, suatu hari nanti kita pasti akan bertemu kok. Aku janji deh sama kamu. Ini ak ada sesuatu"

    Jerry mengeluarkan sebuah kotak kecil yang isinya ada benda berpasangan di dalam sana.

    "Ini satu buat kamu, dan satu buat aku. Dijaga baik-baik ya. Kalau kita ketemu lagi aku ingin benda ini bisa bersatu lagi"

    "Baiklah Jerr, akan aku jaga baik-baik pemberianmu ini sampai kita bertemu lagi." Jawab Jessi dengan masih tersedu-sedu.

    Itulah terakhir kalinya Jessi dan Jerry bertemu. Hanya singkat satu tahun saja mereka berteman dekat dan setelah itu tak pernah ada lagi kabar dari Jerry. Sejak saat itu ia memiliki komitmen untuk tidak akan pacaran dan akan fokus sampai lulus kuliah dan bekerja nanti. Berharap bisa bertemu Jerry yang telah menjadi cinta pertamanya itu suatu hari nanti.

Kecewa 

    Masa SMP yang lumayan sih. Karena Jessi mulai membuka dirinya menjadi anak yang periang dan mudah bergaul. Seperti pesan terakhir dari Jerry supaya Jessi bisa menjadi anak yang membuka diri untuk berteman. Alhasil, Jessi pun bisa memiliki teman walaupun hanya 3 sampai 4 orang saja. Ya lumayan sebuah kemajuan untuk seorang Jessi.

    Jessi terkejut ada 3 orang laki-laki sekelasnya yang berusaha untuk mendekatinya. Membuat Jessi melambung bahagia karena merasa ada yang mencintainya. Namun, kebahagiaan itu semu setelah ia temukan bahwa 3 orang tersebut hanya taruhan untuk mendekati nya. Hati Jessi pun hancur dan sejak saat itu ia benar-benar tidak ada lagi rasa dengan laki-laki manapun, ya kecuali dengan cinta pertamanya itu.

 Sebuah Keputusan

    Masa SMA pun tiba dan Jessi pun hanya memiliki 3 orang sahabat perempuan. Dan mereka sudah punya pacar semuanya hehe. Mereka sering membujuk dan menggoda Jessi untuk cari pacar. Tapi Jessi menolak dan tak mau ambil pusing masalah itu.

    "Setelah wisuda ini kamu mau kemana Jess?" Tanya Winda dengan penasaran

     "Hmm.. mungkin aku akan mencoba kuliah di universitas kedinasan yang ada di Jakarta hehe. Tahu sendiri kan orang tua ku ngga akan sanggup kalau membayar uang kuliah. Jadi, aku akan berusaha masuk ke kampus itu." Jawab Jessi

    "Pasti kamu di terima disitu. Kan kamu pintar Jess, sangat mudah lah bagimu masuk situ." Kata Kayla

    "Hahah jangan begitu, doakan aku saja ya." Kata Jessi

    "Akan kami doakan Jess, yang terbaik deh buat kamu." Kata Sandra.

 

****

    "Bundaaaaaa" Teriak Jessi membuat seluruh isi rumah menjadi kaget dan menghampirinya.

    "Ada apa sayang kok teriak-teriak gitu?"

    "Ini Bun, aku lolos masuk kampus yang di Jakarta itu. Biaya perkuliahannya gratis Bun... Tapiiiii untuk biaya hidup tidak gratis." Rona bahagia Jessi itu menjadi sedih

    "Tenang sayang, akan Ayah usahakan buat kamu. Yang penting kamu semamgat kuliahnya"

    "Tenang ya Jess, ini kakek ada uang kok. Beberapa hati yang lalu kakek dapat berkat dari Tuhan.

    "Hmm, baiklah Ayah dan Kakek. Terima kasih."

    Tibalah momen perpisahan yang membahagiakan namun menyedihkan. Jessi pun berpamitan dengan orangtua, kakek, nenek, dan adik kesayanggannya itu.

Primadona Kampus

     Kehidupan perkuliahan pun dimulai. Mulai masa kuliah ini Jesi mendapatkan nama panggilan Ica. Entah sih kenapa banyak teman memanggilnya seperti itu, mungkin karena terdengar lebih lucu hehe. Tapi keluarganya di Jogja masih memganggilnya Jessi.   

     Ica harus belajar mandiri dan hemat. Ica pun harus memutar otak untuk mencari tambahan uang saku. Tanpa ia sadari, Ica menjadi wanita cantik, elegan, dan banyak didambakan oleh pria-pria di kampusnya. Mulai dari adik tingkat, teman seangkatan, bahkan kakak tingkat pun berusaha mendekatinya. Mungkin karena perubahan potongan rambut Ica dari kepang dua menjadi potongan pendek yang membuat nya terlihat lebih dewasa dan terlihat untaian rambut pendeknya yang menawan. Membuatnya menjadi primadona di kampus itu di tambah lagi ia anak paling pintar di sana.

    Hal itu tidak membuat Ica bangga bahkan bergeming karena ke famous-an nya itu. Ia bahkan tidak tertarik dengan pria-pria itu karena kenangan pahit SMP nya itu. Membuatnya menjadi wanita yang rendah hati dan malahan memiliki banyak teman perempuan maupun laki-laki.

    Sungguh masa perkuliahan yang menyenangkan dan penuh dengan perjuangan hidup. Ica pun mulai mencari pekerjaan tambahan dengan mengajar les anak-anak di Panti Asuhan Kasih Ibu di dekat kampusnya itu. Panti Asuhan itu milik Diandra, wanita paruh baya yang sangat dermawan. Sepertinya ia tidak terlihat seperti seorang nenek dari penampilannya yang nampak masih stylish seperti anak muda. Ica sangat dekat dengan anak-anak panti asuhan itu juga Nenek Diandra yang sering berkunjung beberapa hari sekali ke sana. Membuat Ica seperti cucu kesayangan Nenek Diandra, karena nenek itu sering mengajak Ica curhat dan bicara tentang cucu semata wayangnya itu.

Pamit

    Tak terasa sudah memasuki tahun terakhir Ica kuliah. Sebentar lagi akan ada wisuda perpisahan. Ia bersyukur banget karna setelah ini ia akan ditempatkan di seluruh Indonesia menurut surat perjanjian. Ya, surat perjanjian ikatan dinas dengan kampus nya itu. Kampusnya berada di bawah pemerintahan bagian pengolahan data ekspor impor. Sebagai ucapan syukurnya ia pun datang ke panti asuhan tempatnya mengajar.

     "Nek Dian, sebentar lagi Ica akan lulus dan pasti akan di tempatkan entah di bagian Indonesia sebelah mana. Ica cmn mau pamit sama anak-anak panti dan nenek. Jaga kesehatan ya nenek. Ica sayang sama nenek, terima kasih untuk semua kebaikan nenek."

"Ica, nenek bahagia dan bangga denganmu. Jangan lupain nenek ya. Nenek juga bahagia, sebentar lagi cucu semata wayangnya itu akan kembali ke Indonesia setelah kelulusan kulaihnya minggu depan.."

    "Iya Nek, Ica ngga bakalan lupain nenek. Wah, ica turut bahagia deh Nek. hehe."

Perpisahan itu pun terjadi dengan ditutup pelukan hangat dari Nenek Diandra.

 

****

    Kelulusan pun tiba, Ica berpamitan dengan seluruh keluarganya di Jogja untuk ditempatkan di Balik Papan. Ia mendapat surat tugas di sana, di salah satu cabang kantor pemerintahan bagian oengolahan data ekspor impor. Ia sangat senang punya pengalaman baru di tempat yang baru juga. Berharap ia segera mapan dan mencukupi kebutuhan keluarganya di Jogja.

 Pencapaian

    Dua tahun setelah Ica bekerja, ia mendapat surat tugas ke kantor pusat yang ada di Jakarta karena kinerja dan prestasinya. Namun, kali ini ia tidak ditugaskan di kantor itu. Tapi ia mendapat tugas kerja sama kolaborasi pemerintahan dengan perusahaan swasta di sana. Perusahaan itu merupakan salah satu perusahaan terbesar milik keluarga Samudra yang pernama Adi Jaya Samudra Corporation (AJSC). Keluarga Samudra sejak tahun 2000, lebih tepatnya satu tahun setelah ke bakrupt-an keluarga Sanjaya telah menjadi keluarga nomor 1 pemengang kekayaan terbesar di Indonesia menggantikan kedudukan keluarga Wijaya yang kini menduduki kedudukan kedua. Perusahaan itu bergerak di bidang ekspor impor batu bara ke luar negeri.

    Sunggung menjadi kebanggaan bagi Ica, Ia mendapatkan posisi yang baik di sana. Walaupun terkesan magang, tapi ia ditugaskan di bagian pengolahan data ekspos impor yang berkaitan dengan pemerintah Indonesia. Sedangkan kepala utama pengolahan datanya adalah Lidya, yang sekarang malah menjadi teman akrab Ica karena umur mereka yang seumuran.  Tugas ica hanya mengolah data umum yang semestinya diperuntukkan bagi data pemerintah. Selain itu, data pribadi perusahaan tidak diperbolehkan diakses olehnya namun hanya bisa diakses oleh Lidya. Ya dengan kata lain, Ica menjadi salah satu tangan kanan bos besar perusahaan itu selain si Lidya.

Pertemuan yang Menyebalkan

    Ini adalah hari pertama Ica bekerja. Ada desas desus yang terjadi diantara rekan-rekan kantornya, tapi Ica belum tahu apa itu. Kabarnya sih perusahaan itu sekarang dipegang oleh generasi kedua tapi sebentar lagi akan ada generasi ketiga yang menjabat di sana.

    "Hmmm penasaran, emang siapa sih orang yang akan menggantikan Pak Frans itu." Gumam Ica yang terdengar di telinga salah satu rekannya

    "Sumpah, kamu ngga tahu siapa dia? Wahhh kurang gaul banget sih kamu. Itu lho pengeran pewaris tunggal Kerajaan Samudra." Kata Lidya sambil terkekeh malu-malu

    "Apaan sih kamu Lid, se lebay itu pake malu-malu segala. Emangnya setampan apa pria itu."

    "Ya tampan banget kayak pangeran pangeran gitu Ca."

    "Ish lebay deh."

 

****

Dua hari kemudian.

    Tiba-tiba kantor menjadi ramai dengan gemuruh para ladies yang sedang menuju ballroom kantor. Ternyata ini adalah hari pertama pengangkatan pangeran mahkota itu menjadi penerus kerajaan Samudra. Haha menjadi boss nya Ica sih lebih tepatnya.

    "Perkenalkan nama saya Jerome Alexander Samudra, panggil aja saya Romy."

    "Baik pak." Jawab para ladies yang sedang takjud dengan ketampanan Pak Romy itu yang berumur sekitar 24 tahun. Ya semuran dengan si Ica sih.

    Namun, disisi lain Ica pun tak begitu se semangat para ladies rekan kantornya itu. Ia pun memandang dati sisi penglihatannya sendiri.

    "Hmmmm, ini ya yang dibilang tampan itu. Kelihatannya sih songong dan judes sih di balik ketampanannnya itu. Ups kok ak malah mengakui ketampanannya sih. Iya sih, tapi muka cool sok judes gitu keliahatannya." Kata Ica di dalam hati sambil sedikit tersenyum dan mengangkat alis kirinya sedikit.

    "Oh iya pertama-tama saya mau melihat perkembangan data ekspor-impor perusahaan ini. Saya minta Lidya dan satu lagi orang dari dinas pemerintahan untuk ke ruangan saya sekarang juga. Segera." Kata Pak Romy dengan penuh ketegasan dengan nada yang datar.

    "Lid, maka tuh pangeran tampanmu. Judes amat dah, wkwkwk."

    "Ah bodo amat Ca, yang oenting dia ganteng. Lagipula ka emang bos harus tegas dan terkesan judes biar berwibawa hehehe."

    Mereka berdua pun memasuki ruangan Pak Romy dengan sedikit canggung.

    "Silakan duduk"

    "Baik pak." Jawab mereka berdua

    "Saya minta data kelangkapan ekspor-impor perusahaan ini dari kamu Lidya. Saya juga minta untuk kamu... "

    "Ica Pak, nama saya Ica."

    "Oh iya Ica, untuk merangkum semua data perusahaan umum itu untuk segera saya tanda tangani sore ini dan nantinya kamu kirim sendiri ke kantor pusat pemerintah tempatmu bekerja itu. Segera kamu kerjakan dan saya hanya memberi mu waktu sampai jam tiga nanti."

    "Ba baik Pak... akan saya kerjakan segera."

    "Oke, Lid kamu kasih berkasnya ke Ica biar segera dikerjakan. Dan silakan kembali ke tempat kalian maaing-masing dan kerjakan sekarang."

    "Baik Pak." Jawab mereka berdua serentak


****

Setelah kembali ke ruangan mereka yang bangkunya bersebelahan.

    "Gila sih Lid, aku cuman dikasih waktu 4 jam untuk selesain tugas ini. Mana sekarang jam 11 lagi, kan aku juga butuh makan siang jam 12 nanti. Kayaknya aku akan melewatkan makan siangku melihat berkas yang setumpuk gunung ini. Kejam banget sih Pak Romy itu."

    "Ah, ngga lah Ca. Dia tuh berwibawa banget tahu. Aku makin terpesona. Udah lah kamu kerjain aja. Pasti bisa tepat waktu, biar dia ngga marah. Sayang tahu klo wajah gantengnya itu berubah jadi wajah merah karena marah."

    "Hiiiihh, kamu ini kena sihir apaan sih. Udah lah aku mau ngerjain."

    Akhirnya selesai juga tugas Ica, 15 menit sebelum jam 3 ia serahkan ke Pak Romy dan akhirnya ia kirimkan juga ke kantor tempat ia kerja.

   Untuk melepas penat, Ica pun ingin mengunjungi panti asuhan untuk bertemu dengan Nenek Dian. Namun, ternyata Nenek Dian sudah tidak ada di sana. Kata penjaga panti, sudah 1 tahun terakhir ini Nenek Dian suadah tidak datang lagi. Sayangnya tidak ada yang tahu di mana rumah nenek itu. Alhasil, Ica pun sedih dan memutuskan untuk kembali ke rumah dinasnya. Ia pun pulang dengan menahan rasa kesal dan sedih karena tidak bisa bercerita dengan nenek yang sudah ia anggap sebagai neneknya sendiri itu.

Gawat

    Suara telepon pun berbunyi dari telepon Ica yang terletak di atas meja kantornya itu. Ternyata telepon dari bundanya.

    "Iya Bun, halo. Ada apa ya Bun?"

    "Ica, gawat si Kevin butuh biaya pengobatan sekarang juga."

    "A apa Bun, Kevin sakit apa?"

    "Kevin hanya sakit usus buntu aja sayang. Tapi butuh segera karena ia sangat kesakitan sekarang di rumah sakit."

    "Ba baik Bun. Ica akan transfer segera. Semoga Kevin lekas sembuh ya."

    "Tapi nak, apa kamu punya uang 500jt nak. Karena terjadi komplikasi dengan hati dan jantungnya."

    "Aaapa Bun. Baiklah Bunda tenang saja, Ica masih ada tabungan kok."

    "Syukurlah kalau begitu. Terima kasih nak."

    "Sama-sama Bun. Titip salam biat Kevin dan keluarga yang lain ya Bun."

    "Ia nak, kamu jaga kesehatan ya."

    "Baik Bun."

    Bunda pun menutup telepon dan Ica pun masih pusing dengan kerjaannya ditambah lagi ada masalah keuangan. Ya Ica sebenarnya ngga punya uang sebanyak itu, lagian uang nya sudah buat ia transfer untuk keluarganya di Jogja dan untuk donasi ke panti asuhannya itu. Hanya menyisakan uang yang kiranya cukup untuk makan bulanan, bahkan untuk penampilan pun Ica sangat sederhana dan tak neko-neko.

    "Haduh, cari uang ke mana ya. Ngga mungkin juga minjem ke kantor ku itu. Apa aku pinjam kantor ini ya."

    Setelah Ica menyelesaikan tugasnya, ia menemui Pak Romy di kantor. Mencoba untuk meminjam uang darinya.

    "Hmmm, Pak. Boleh saya bertanya?"

    "Ya sudah tanya saja."

    "Boleh saya pinjam uang sebesar 500jt Pak?"

    "Apa, 500jt?"

    "Iya Pak, setelah saya hitung-hitung. Cukuo kok pak kalau potong gaji saya selama kontrak kerja ini 2 tahun. Lagian saya juga dapat gaji tambahan dari kantor saya itu."

    "Lagi pula buat apa uang 500jt itu sekarang?"

    "Itu buat Ad....." (adik saya yang sakit)

    "Sudah sudah, ngga penting juga saya tahu. Malam ini juga kamu ikut saya."

    "Ha maksudnya Pak."

    "Iya nanti saya mau ada meeting dengan client dan si Lidya lagi ngga bisa. Lalu nanti kita bicarakan tentang uang itu"

    "Baik Pak, terima kasih."

    "Eh, tunggu dulu. Sore ini kamu ikut saya ke salon, ngga mungkin kan kamu dandan kek gtu. Terlalu sederhana untuk menemui client besar ini."

    "Ba baik Pak."


****

"Ish, sembarangan banget sih Pak Romy ngatain penampilanku ini." Gerutu Ica. Ya memang benar sih, penampilannya tak semenarik waktu dia kulaih dulu. Sekarang rambutnya kembali panjang dan dia sering mengucirnya seperti ekor kuda. Ditambah lagi dia hanya make up natural sederhana saja. Ica masih cantik tapi tidak terlalu menarik dengan penampilannya itu yang terkesan polos.

Perjanjian

    Ternyata salon tempat Ica berdandan itu adalah salon paling mahal di Jakarta. Ica pun telah selesai berdandan.

    "Pak, saya sudah selesai. Tapi kurang nyaman dengan dress ini."

    Pak Romy pun nampak terkesima melihat penampilan Ica yang nampak cantik bak bidadari. Dengan dress berwarna merah model sabrina yang terbuka di bagian atas. Semakin menunjukkan leher jenjangnya dan kulit putihnya yang cocok dengan dress itu.

    "I iya. Ini saya juga sudah selesai."

    Ica pun nampak terkesima juga dengan setelan baju tuxedo berwarna maroon Pak Romy. Saat Pak Romy memutar badannya ke belakang untuk menjawab panggilan Ica tadi.

    "Baiklah sekarang kita akan pergi ke Restoran White Lilac."

    "Itu kan restoran paling mewah Pak, pantesan kita berdandan se baik ini. Memangnya meeting ini sangat istimewa ya Pak?"

    "Sudahlah jangan banyak bertanya. Pokoknya kamu menurut aja apa yang saya katakan. Kalau kamu mau mencairkan uang itu nanti setelah acara ini selesai."

    "Baik Pak."

    Tibalah mereka di restoran itu dan memasuki ruangan VIP. Terlihat ada seperti Ica kenal. Ya itu adalah Pak Frans, bos Ica,  papanya Pak Romy. Disampinya ada Bu Mery dan Kakek Tony pendiri pertama Adi Jaya Samudra Corporation.

    "Ma, Pa, Kek ini Romy bawa calon istri Romy."

    "Ta tap..." Belum sempat Ica mengatakan sesuatu, seolah ia terbungkam dengan tatapan tajam Pak Romy. Ia ingat apa yang tadi dikatakan bosnya itu untuk menurut supaya uangnya cair.

    "Wah cantik juga ya calon cucu mantu Kakek."

    "Tapi Rom, dia kan karyawan kantor kita. Jangan mengada ada deh."

    "Tapi Romy cinta sama Ica Pa."

    "Mama juga ngga setuju kamu nikah sama karyawan macam dia ini. Pasti dia itu cewe matre yang cuman mau harta aja."

    "Ma, jangan bicara seperti itu. Pokoknya Romy cuman mau nikah sama Ica. Kalau ngga, Romy ngga akan nikah seumur hidup."

    "Baiklah Romy, Papa Mama dan Kakek setuju. Asal kamu bahagia. Dan satu hal lagi kamu harus menikah dengan Ica Desember ini, bulan depan."

    "Loh. Pa kan sesuai perjanjian cuman cari calon istri. Kok ini pake nikah segala cuman 1 bulan lagi."

    "Udah deh Rom, ngga usah membantah. Namanya juga kalau udah ketemu calon istri ya selanjutnya menikah lah. Titik."

    Romy dan semua nya yang ada di meja itu pun terdiam tak bisa berbuat apa-apa dengan pernyataan tegas papanya itu.

 

****

-flashback-

    "Pokoknya Mama mau jodohin Romy dengan anak temanku, Pa... Mama ngga mau berdebat." Kata Bu Mery, mama nya Romy

    "Ngga Ma, Papa ada janji dengan teman lama Papa buat jodohin Romy dengan anaknya itu." Kata Pak Frans

    "Sudah-sudah, kalian ini ribut masalah sepele. Kasihan Romy kalau sampai tahu. Lagipula Mama kamu Frans lagi sakit di kamar. Kasihan kalau ia sampai dengar juga." Kata Kakek nya Romy

    "Apa yang barusan Romy dengar Ma, Pa, Kek.. Romy ngga mau dijodohin. Romy bakalan cari calon istri sendiri. Pokoknya Romy ngga mau."

    "Sayang, kamu mau ya sama Amanda, anak Tante Lina. Dia cantik, berprestasi, dan teman masa kecilmu dulu kan."

    "Sudah sudah. Pokoknya Papa mau kamu bawa calon istrimu itu. Papa kasih kamu waktu sampai akhir November ini.

    Kalau kamu ngga mau, kamu harus setuju untuk nikah dengan calon pilihan Mama atau Papa. Tidak ada pilihan lagi."

    "Ta ta pi, Pa ini kan tinggak 5 bulan lagi sampai November. Tega banget sih Pa."

    "Ngga ada pilihan Rom, lagipula cukup lima bulan itu. Kamu kan punya banyak kenalan wanita."

    "Mama setuju. Kamu harus bawa calon mantu Mama sampai akhir November nanti."

    "Kakek juga setuju, pasti nenek setuju juga. Udah ngga sabar pengin nimang cicit kakek hehe."

    "Yau dah ya udah. Romy setuju."

    Romy pun oergi ke kamarnya dan merenung karena pusing dengan keadaan.

    "Haduh, dimana bisa nemuin calon istri yang tepat di zaman kayak gini dalam waktu 5 bulan coba. Yang ada mah cewe matrea yang mata duitan." Gumam Rony dalam hati

 Kesepakatan

Setelah acara makan malam selesai...

    "Loh Pak, kok pake nikah segala. Saya ngga siap dan ngga mau Pak. Saya masih ada cita-cita lain yang harus digapai."

    "Ya udah, kalau kamu ngga mau. Uang itu ngga akan cair."

    "Ta ta pi Pak... Ini ka serius masalah masa depan saya nanti. Keluarga saya juga tak akan setuju"

    "Kita buat perjanjian kontrak saja selama 2 tahun ini lagian kontrak kerjamu dengan perusahaan akan berakhir juga 2 tahun. Kamu ngga usah potong gaji. Kamu nikah kontrak aja dengan saya sebatas pekerjaan. Kamu masih punya hak atas dirimu dan saya juga punya hak atas diri saya. Saya ngga akan menyentuhmu. Ini surat perjanjiannya. Satu lagi, karna ini nikah kontrak alias bohongan ngga usah melibatkan keluargamu agar mereka tetap merasa tenang dan kamu tidak khawatir lagi. Ngga ada pilihan lagi Ca. Kalau kamu tanda tangani surat perjanjian ini, saya akan segera transfer uang itu juga detik ini."

    "Baik lah pak, saya menyerah. Saya akan tanda tangan surat perjanjian ini. Mohon untuk transfer uang itu segera. Trimakasih."

    Mereka berdua pun selesai menandatangani kontrak yang saling menguntungkan. Mereka pun akhirnya pulang ke rumah masing-masing dan Pak Romy sendiri yang mengantar Ica ke rumah dinasnya itu.


****

Di dalam mobil....

    "Ish matre banget sih cewe ini, minta transfer segala. Emng ya semua cewe matre. Dibalik wajah polosnya itu entah untuk apa uang sebanyak ini. Ah biarlah lagipula aku juga untung biar ak ngga dikejar-kejar untuk dijodohin." Gumam Pak Romy dalam hati

    "Kalau aja ak ngga butuh uang ini segera, mana mau aku nikah apalagi bohongan sama si mister judes itu. Amit-amit deh rasanya. Tapi apa boleh buat, aku terpaksa. Aku juga sedih bohongin keluargaku tentang pernikahan palsu ini. Ya sudahlah, aku percaya semuanya akan baik-baik saja sejalan dengan surat perjanjian itu." Gumam Ica dalam hati.

Mencoba Bertahan

    Semua terlihat baik-baik saja sampai bulan Desember itu pun tiba. Desas desus kabar tentang pernikahan Romy dan Ica pun samapi terdengar di kalangan ladies (rekan-rekan cewe di kantor). Semuanya memusuhi Ica dan menjauhinya karena dikira telah memggoda Pak Romy sehingga akhirnya dinikahi. Tak terkecuali dengan Lidya, teman dekat Ica di kantor itu. Seolah Lidya dengan tatapan iri menjauhi Ica. Akhirnya ica kembali merasakan keadaan saat ia masih SD dulu. Tidak ada seorangpun mau mendekati apalagi berteman dengannya. Dunia seolah kembali menjadi kelam lagi. Namun, Ica harus menerima karena ia lakukan demi kelauarganya.

    Terdengar bunyi telepon di saku Ica. Ya itu berasal dari panggilan bundanya.

    "Ica sayang, terima kasih. Bunda sudah terima uang itu. Sekarang Kevin sudah muali pulih. Kamu jaga kesehatan ya di Jakarta."

    "Iya Bun, sama-sama. Bunda jaga kesehatan bersama keluarga juga ya Bun."

    Telepon itu pun berakhir dan Ica pun kembali bekerja menyelesaikan tugas-tugasnya sebelum pernikahan itu tiba. Akan banyak sekali persiapan yang akan dilakukan di pernikahan mewah itu. Tapi....... Siapa yang akan menjadi pendamping keluarga untuk Ica? Pasalnya ia tidak berani bilang ke keluarganya itu. Ternyata Pak Romy telah membayar keluarga bayaran untuk mendampingi Ica.

Wedding's Day

    Hari pernikahan pun tiba, lebih tepatnya pernikahan palsu itu berjalan dengan lancar. Walaupun palsu, tapi secara agama maupun hukum telah sah tercatat. Ya Ica dan Romy telah menjadi pasangan suami istri yang sah. Ica pun mengemasi barangnya dari rumah dinas dan menetap di rumah Keluarga Samudra itu. Ica dan Romy harus tinggal di satu ruangan, ya di kamar Romy. Namun meraka tidak tidur di satu alas yang sama. Ica sadar diri bahwa ia hanya menumpang, maka memutuskan untuk tidur di sofa sebelah kasur milik Romy itu.

    Pernikahan itu berjalan baik-baik saja dengan hubungan seperti bos dan bawahan. Tidak ada hubungan yang spesial di antara keduanya. Mereka masih menyikapinya sebagai hubungan pekerjaan saja. Memang tidak ada cinta di antara mereka berdua.

    Ica menyesalinya karena ia tidak bisa mempertahankan janjinya dengan sahabat masa kecilnya itu. Yaitu menunggu Jerry kembali, cinta pertama Ica. Sedihnya lagi, jeluarga itu tidak sepenuhnya menerima Ica. Hanya saja Papa dan Kakek nya Romy yang menerima nya dengan baik, sedangkam Mama Romy masih mencoba mendekatkan Romy dengan Amanda. Membuat hati Ica sakit dan mencoba untuk bertahan sampai 2 tahun masa kontrak nya berakhir.

Bertemu Nenek

    Oh iya, satu lagi. Bagaimana dengan kabar Nenek nya Romy? Kakek pun meminta tolong pada Ica untuk membawakan makan siang dan memperkenalkan diri ke Nenek nya Ica karena nenek hanya bisa tinggal di kamar saja dan tak bisa hadir di pernikahan itu. Kabarnya sih Nenek Romy kena stroke dan menjalani pengobatan intensif namun mulai pulih sedikit demi sedikit dan mulai bisa berbicara.

    "Selamat siang Nek, ini Ic...."

    Belum sempat ica berbicara, nenek sudah teriak. Sontak membuat seluruh keluarga mendekat ke kamar nenek.

    "Ica....."

    Ica pun terkejut bukan hanya dengan teriakan nenek tapi karena kenyataan yang ia hadapi.

    "Nenek Diandra....., ternyata nenek selama ini sedang sakit. Ica sudah cari nenek ke panti asuhan tapi tak bisa jumpa." Dengan menahan air mata bahagia Ica perlahan mendekat dan memeluk Nenek Dian.

    "Iya sayang, jangan menangis. Ternyata kamu yang menjadi istri cucu kesayangan nenek ya. Nenek sangat lega dan bahagia." Nenek pun memeluk dan mengusap lembut rambut Ica yang panjang itu.

    Seluruh keluarga pun datang ke kamar nenek dan terkejut mendapati nenek sedang memluk Ica dam nampak seperti sydah mengenalnya lama. Ada Romy, Papa, Mama, dan Kakek.

    "Loh, nenek sudah kenal Ica?"

    "Iya Rom, Ica itu guru di panti asuhan yang sering nenek ceritakan."

    "Wah, mulia sekali kamu Ca. Kakek bangga dan lega Romy mendapatkan istri yang punya belas kasihan dan rendah hati sepertimu."

    "Hehe, ngga kok Kek. Ica cuman wanita biasa saja."

    Semua orang di ruangan itu pun tersenyum dan terasa hangat hati Romy mendengar kenyataan itu. Ternyata Ica tak seperti yang ia kira, Ica bukan perempuan matre. Kecuali Mama Romy yang maaih tidak terima tentang kenyataan itu. Ia akan terus berusaha supaya Ica keluar dari kehidupan keluarga Samudra ini. Bu Mery pun memghubungi Amanda untuk meminta bantuannya menjauhkan Ica dari Romy.  

Kembali Bertahan

     Dua tahun pun berlalu. Bukan hal yang mudah baginya menjadi menantu keluarga Samudra. Terlebih lagi ia masih bekerja kontrak di perusahaan AJSC milik suaminya itu maupun tetap menjalankan kewajibannya sebagai staff di kantor pusat pemerintahan tempat sesunggguhnya ia bekerja. Tapi semuanya ia lewati dengan hati yang tulus, karena Nenek Dian selalu menyemangatinya seperti dulu saat Ica masih kuliah.

    Selama 2 tahun itu Ica merawat Nenek Dian dengan baik, sehingga kesehatan nenek pulih sengan segera. Nenek bisa berbicara dan berjalan normal kembali berkat dampingan Ica dan pengobatan intensifnya.

 

****

    Hari ini adalah ulang tahun pernikahan yang ke-50 bagi Kakek Tony dan Nenek Dian. Acara itupun berjalan dengan mewah dan meriah di restoran yang sama seperti dulu, di Restoran White Lilac yang memnag menjadi langganan keluarga Samudra untuk acara-acara yang penting.

    Keluarga Samudra pun berdandan dan menyiapkan diri di rumah untuk sekanjutnya mereka berangkat bersama.

    "Tunggu dulu."

    "Kenapa ya Pak, apa ada yang salah dengan dandan saya ini."

    "Ngga ada yang salah. Tapi ini kamu pakai saja." Sambil mengeluarkan sebuah kotak yang ternyata berisi 1 set perhiasan berlian mewah.

    "Ngga usah Pak, saya cukup seperti ini saja. Lagian saya ngga pantas memakai oerhiasan mewah itu."

    "Sudahlah jangan membantah. Masak menantu Keluarga Samudra hanya berdadan polos seperti ini. Jangan buat suami kamu ini malu ya." Sambil memasangkan kalung ke leher Ica.

    Dalam hati Ica pun bahagia dan sedikit menahan tawa karena bisa se romantis itu Pak Romy hehe. Pake bilang dia suami Ica. Dan sebal juga karena masak Ica di bilang malu-maluin karena berdandan polos huhh. Kan Sebenarnya kalau dandan pun Ica terlihat sangat cantik walaupun tanpa perhiasan-perhiasan itu.

    "Baik Pak, untuk perhiasan yang lain akan saya pakai sendiri. Dan satu lagi, jika acara ini selesai akan saya kembalikan lagi ke Bapak. Saya ngga mau menerimanya karena saya rasa bukan hak saya."

    "Baiklah terserah kamu saja."

    Acara Gold Wedding Aniverssary itupun bejalan lancar dan seperti yang Ica katakan tadi. Ia mengembalikan semua perhiasan itu lengkap dengan kotaknya tadi. Membuat hati Romy semakin menghangat karena kagum dengan prinsip Ica yang tidak matre.

 Kambing Hitam

    Akhirnya sebentar lagi Ica sudah lepas dari segala kontraknya. Baik kontrak kerja kolabirasi dengan perusahaan AJSC maupun kontrak nikahnya itu. Lebih tepatnya 1 minggu lagi semuanya akan berakhir. Minggi ini adalah saatnya tutup buku akhir tahun pagi perusahaan AJSC. Semua orang disibukkan dengan akumulasi data selama 2 tahun kolaborasi dengan pemerintah di bidang data ekspor-impor.

    Tiba-tiba perusahaan dihebohkan dengan temuan defisit 1 miliar. Setelah diselidiki, ternyata berasal dari proyek kerja sama dengan pemerintah. Tetapi, yang dirugikan disini adalah perusahaan AJSC sebagai pengolah data primernya. Semua sorotan mata tertuju pada Ica yang paling bertanggung jawab atas kerja sama ini dari awal, karena Ica yang berperan dalam pengolahan datanya. Di sisi lain, Ica sangat yakin bahwa laporan yang ia kerjakan sangatlah realistis dan tidak mungkin perusahaan sampai rugi 1 miliar. Laporan itu bahkan telah ditanda tangani oleh atasan Ica di kantor pemerintahannya dan telah sah/ valid secara negara. Entah apa yang membuat laporan itu berubah sangat jauh bahkan merugikan perusahaan sampai 1 miliar defisit.

    Romy pun menarik tangan Ica dengan kasar, karen ia malu dengan ulah istrinya itu. Berharap akan menyelesaikan persoalannya di rumah bersama Keluarga Samudra lainnya.

    Semua anggota berkumpul di ruangan keluarga dan keheningan pun terjadi. Sementara Ica hanya bisa tertunduk lesu dan mencoba tegar untuk memahami situasi yang memojokkan ia saat ini.

    "Pa, Nek, Kek lihatlah oramg kesayangan kalian ini ternyata telah menggelapkan uang perusahaan 1 miliar."

    "Apa Rom, nenek tidak percaya. Itu oasti kesalahpahaman." Kakek dan Papa pun menyetujui ucapan Nenek.

    "Kan sudah Mama bilang sejak awal. Wanita ini hanya memanfaatkan kebaikan Keluarga Samudra saja. Lihatlah apa yang ia kerjakan. Sungguh tak tahu malu sebagai menantu keluarga ini."

    "Aku menyesal telah memberi hati kepadamu. Aku pikir kamu berbeda, tidak seperti cewe-cewe matre yang lain. Sudahlah lupakan saja.. Anggap saja aku dan keluargaku bersedekah denganmu. Ambil saja uang 1,5 miliar itu."

    "Apa Rom, 1,5 miliar?"

    "Iya Pa, 500jt untuk ia menjadi istri kontrakku."

    "Apa?" Sontak membuat seluruh anggota keluarga terkejut dan kemudian marah kepada ulah Romy dan Ica yang terkesan berbohong atas hubungannya itu.

    "Apa-apaan kamu ini Rom. Apakah pernikahan itu adalah permainan?"

    "Maaf Pa. Ini semua kan karena Mama dan Papa yang memaksaku seperti ini."

    "Sudahlah Rom jangan salahkan Mama Papa mu. Di sini kamu yang bersalah. Apa tindakan yang akan kamu lakukan sekarang ?" Tanya Kakek.

    "Ya sudah ceraikan saja istri kontrakmu itu. Mama ngga sudi punya mantu seperti dia."

    "Sungguh nenek ngga menyangka, kamu tega seperti itu Ca. Sepertinya nenek kurang lama mengenalmu. Mana Ica yang nenek kenal dulu? Apakah Ica sudah berubah?"

    "Maafkan Ica Nek, tapi jujur Ica tidak melakukan hal apapun yang menyakiti keluarga ini. Sungguh Nek, itu bukan perbuatan Ica."

    "Maaf kan Romy Ma, Pa, Kek, Nek.. Romy akan menyelesaikan sekarang juga. Akan aku ceraikan Ica. Lagipula kontrak itu akan selesai minggu depan. Sudah selesai semuanya. Aku juga tak akan melaporkanmu ke polisi. Mengingat kamu sebenarnya telah cukup baik merawat nenek dan menjadi istri kontrak yang penurut. Aku putuskan sekarang juga kamu tinggalkan rumah ini dan kemasi barang-barangmu. Surat perceraian dari pengacaraku akan diantar ke rumahmu itu."

    "Baiklah, maaf jika saya punya salah dan terima kasih untuk kebaikan Keluarga Samudra ini. Permisi."

    Dengan hati yang sudah hancur itu Ica bertahan untuk tegar dan mencoba memaafkan segala hal yang sebenarnya ia tak tahu letak kesalahannya. Ia pun pulang ke rumah dinasnya itu.

 Perpisahan Lagi

Tiga hari kemudian Ica mengurus surat penyelesaian kontraknya di kantornya yang sebenarnya. Ternyata Ica mendapatkan surat dinas baru untuk 2 tahun kedepan. Ia pun segera mengurus perpindahannya itu pada si Vina, kepala bagian administrasi perpindahan staff. Karena terburu-buru, Ica pun meninggalkan HP nya di atas meja milik Vina. Ia tidak menyadarinya karena ia memiliki HP yang lain. HP yang tertinggal adalah HP urusan keluarga sedangkan HP yang ia bawa adalah urusan pekerjaan dan kantor. Atas segala yang terjadi, Ica tidak mau berurusan dengan urusan keluarganya dan membuat ia lupa kalau meninggalkan HP yang satunya itu karena sibuk mengurus urusan kantor.

Rahasia Terungkap

Di rumah Keluarga Samudra

    "Oh iya, lupa. Kotak perhiasan itu aku akan kembalikan padanya. Lagi pula aku tak mau menyimpan itu sebagai kenangan. Aku akan berikan beserta surat perceraian ini."

    Brakkkk.... Suara kotak itu jatuh dari pegangan Romy dan membuat seluruh isinya keluar. Namun pandangan tertuju menuju salah satu perhiasan itu yang nampaknya berbeda. Romy pun tiba-tiba mencari suatu benda yang ada di laci samping kasurnya.

    "Ternyata benar, ini berpasangan. Apakah Ica adalah Jessi. Iya benar dia, Jessica Aurelia Sanjaya. Jessi, atagah maafkan aku." Mencoba memasangkan liontin setengah hati dari gelang miliknya dengan liontin setengah hati dari kalung milik Jessi atau Ica itu. Ternyata Jesi adalah Ica, sahabat sekaligus cinta pertama Romy. Yang membuat Romy menjadi laki-laki yang terkesan judes dan tak tertarik dengan wanita manapun, karena ia masih memegang janjinya pada Jessi belasan tahun yang lalu.

    "Kenapa kita di pertemukan sebagai Jessi dan Jerry seperti ini sih?" Sesal Romy

    Tok..tok.... tok.....Terdengar suara bunyi pintu kamar Romy.

    "Rom, cepat keluar. Ada yang mencarimu."

    "Ada apa Ma?"

    "Kamu lihat aja sendiri."

    "Baik Ma."

    Ternyata ada Pak Rudy, kepala keamanan kantor yang berusaha menunjukkan sesuatu pada Romy. Benar saja, rekaman di ruangan Ica yang menunjukkan Lidya mengambil berkas laporan milik Ica dan menggantinya dengan yang palsu. Hal ini membuat Romu semakin menyesal dan berusaha untuk mencari Ica. Ia pun berusaha menghubungi Ica.

    "Halo, Ica kamu di mana. Aku ingin menemuimu segera."

    "Maaf Pak, ini saya Vina bagian administrasi kantor pemerintah dan HP nya Ica tertinggal di kantor dan sudah tiga hari ini Ia tak kembali. Mungkin ia sudah pergi."

    "Ha..... apa.   Pergi kemana?"

    "Maaf Pak, saya tidak bisa beri tahu karena pesan dari Ica dan peraturan kantor tidak memperbolehkan. Pastinya Ica pergi untuk memenuhi tugas kantor dengan menerima surat perjalanan dinasnya itu selama 2 tahun kedepan."

    "Baiklah terima kasih. Saya akan ambil HP istri saya itu."

    "Baik pak sama-sama."

    Romy pun pergi untuk mengambil HP Ica dan berusaha mencari informasi di sana. Namun ternyata tak seorangpun bisa memberi tahu keberadaannya itu.

Penyesalan

    Keesokan paginya, Romy berusaha menghubungi keluarga Ica dengan HP Ica itu dan mencoba menjelaskan semua kejadian itu pada mereka. Namun, keluarga mereka tidak tahu keberadaan Ica dan bahkan mereka langsung pergi ke Jakarta mencari Ica. Tak lupa mereka pun mendatangi rumah Romy dan mencari pertanggung jawaban atas kejadian ini.

    Pada sore harinya, keluarga Ica pun telah samapai di rumah Keluarga Samudra. Mereka telah berada di ruang tamu fan sedang berbicata dengan Romy.

    "Mana anak saya Jessi?" Tanya Pak Mario

    "Kalau karena uang 500jt itu anak saya menjadi menderita. Ngga akan saya setujui dia pinjam dari keluarga ini." Kata Bu Hany dengan sedikit nada tinggi

    "Asal kakak tahu ya, uang 500jt itu untuk pengobatan saya. Kak Jessi pinjam bukan untuk kepentingannya sendiri." Kata Kevin sambil menahan rasa kecewa.

    "Kalau begini ceritanya, lebih baik aku jual saja toko meubel ku itu untuk mendapatkan uang itu." Kata Kakek Ferry

    "Sudahlah, lagipula Romy ini hanya suami kontraknya Ica. Tak perlu kita cari pertanggung jawabnnya. Kita pulang saja."

    Sebelum sempat mereka meninggalkan rumah itu, Romy pun mencegahnya dan berusaha meminta maaf. Karena keributan itu, akhirnya Kakek Tony dan Nenek Dian pun keluar menuju sumber suara itu.

    "Ferry.... "

    "Antonius..."

    "Maggie..."

    "Diandra..."

    Perjumpaan 4 orang tadi yang sudah lama tak pernah bertemu pun akhirnya menjadi suasana haru biru di situ. Romy dan yang lainnya tidak mengerti dengan semua yang terjadi

    Perlahan, Kakek Tony menjelaskan dari awalnya ia pergi ke Jogja tujuannya untuk bertemu dengan Kakek Ferry sahabat lamanya itu.

    "Dulu, Kakek berteman dekat dengan Ferry di Jogja sebelum kakek pindah ke Jakarta. Ia sangat baik meminjami kakek 1 miliar sebagai uang untuk membangun bisnis Adi Jaya Samudra Corporation dari nol. Nama Jaya itu kakek ambil dari nama Sanjaya, ya Ferry Sanjaya karena kebaikan hatinya pada kakek. Terlambat untuk kakkek ketahui, ternyata bisnis milik Ferry telah bankrupt setelah 7 tahun kakek mebangun perusahaan AJSC ini. Kakek menyesal dan berusaha menemui Ferry saat kamu kelas 5 SD."

 

****

-flashback-

    Kakek Antonius mulai mencari keberadaan Kakek Ferry di kedai kopi tempat mereka dulu biasa bertemu masa itu. Tepat satu hari sebelum Rony wisuda SD. Tiba-tiba terdengar suara yang sepertinya Kekek Tony kenal.

    "Bu, pesan kopi hitam satu ya." Kata Kakek Ferry memesan kopi kesukaannya itu

    "Ferr, iya Ferry. Ini aku Toni, Antonius. Kamu masih mengenalku?"

    "Tony, iya aku ingat. Wah sekarang kamu tambah sukses ya."

    "Astagah Fer. Maafkan aku yang tak bisa membantumu."

    "Ngga papa. Ini semua kesalahan Keluarga Wijaya yang menipuku dalam bisnis. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku ikhlas kalau keluargaku harus seperti ini."

    "Ya sudah Fer, tujuanku ingin mengembalikan uang yang dulu kamu pinjamkan kepadaku. Ini aku kembalikan."

    "Ngga usah Ton. Aku ikhlas membantumu."

    "Ngga papa Fer, sekarang aku ingin membantumu. Semoga uang ini bisa membuat keluargamu lebuh baik."

    "Terima kasih ya Ton."

    "Sama-sama. Aku dan cucuku akan kembali lagi ke Jakarta. Kasihan dia sudah 1 tahun ini bersamaku di sini. Ia pasti merindukan keluarganya di sana."

    "Baik lah, hati-hati di jalan."

Sudah Terlambat

    "Ternyata Papa ingin menetap di Jogja karena kenangan bersama teman Papa ya. Setelah kita bankrupt duly dari Samarinda" Tanya Pak Mario dengan penasaran.

    "Iya nak, Papa kangen aja kembali ke Jogja yang penuh kenangan masa perjuangan dulu." Kata Kakek Tony

    "Semuanya menjadi jelas. Ternyata itu alasan Kakak pergi ke Jogja. Asal Kakek tahu, Ica itu adalah Jessi. Sahabat satu-satunya Romy. Dulu Romy mendapat nama panggilan Jerry."

    "Astagah, ternyata Ica itu Jessi yang selalu kamu ceritakan itu ya. Gadis kecil yang manis, rajin, dan pintar. Sepertinya Kalian dipertemukan dengan takdir Tuhan."

Tiba-tiba ada langkah kaki masuk dan mencoba ikut dalam pembicaraan.

    "Loh, Mario....?"

    "Fransss....."

    "Iya Ma, ini teman Papa yang anaknya akan Papa jodohin ke Romy. Tak disangka ternyata anak itu si Ica istri kontraknya Romy."

    "Dan asal Mama tahu, semua nya ini ulah keluarga Amanda, ya Keluarga Wijaya yang telah menipu keluarga Ica, Keluarga Sanjaya. Waktu aku kelas 5 SD dulu, Manda sampai mem-bully Ica atau Jessi itu karena aku bersahabat dengannya. Asal Mama tahu juga uang 1 miliar itu setelah aku selidiki Lidya mengaku disuruh oleh Amanda dan uang itu mereka bagi berdua.  Karena keserakahan keluarga Manda,  Keluarga Sanjaya menjadi bankrupt dan Ica harus menjadi tulang punggung sampai harus meminjam 500jt untuk pengobatan adiknya. Romy tambah menyesal Ma. Kemana Ica sekarang."

    "Astagah, Romy...  Ternyata Mama salah menilai Ica. Selama ini Mama hanya melihat sisi dari Manda yang baik. Ternyata penuh dengan kelicikan. Sekarang kamu cari Ica sayang, cari Jessi cinta pertamamu itu yang sering kamu ceritakan pada Mama dulu."

    "Sudah terlambat Ma. Ica sudah pergi, aku tak tahu mau cari kemana. Bahkan ia tak mengabari keluarganya. Mungkin aku harus menunggunya 2 tahun lagi Ma, sampai ia kembali dari perjalanan dinasnya. Percuma menghubunginya lagi karna HP nya pun tertinggal di sini. Tapi aku tak akan menyerah Ma, aku akan mencati Ica walaupun sampai ke ujung dunia sekalipun."

    Semua orang pun sudah menerima pernikahan Jerry/ Romy dan Jessi/ Ica itu. Mereka juga menyermangati Romy untuk menemukan Jessi secepatnya. Akankah mereka dipertemukan pada waktu yang indah nanti? Nantikan Season kedua dari cerita ini. Segeraaaaaa......

.........BERSAMBUG....... 

Comments

Popular posts from this blog

4 Villa

Don't Forget to Love Me

Doctor Police