Sampai Temaram Senja


    "Kring... kring... kring", terdengar suara nyaring alarm yang memecah keheningan kala itu. Membangunkan si princess tidur itu dari singgasananya. Waktu menunjukkan pukul 07.00 WIB, tepat saat mata kuliah ekonomi dimulai. "Bi Surti, Bi Iyem, Bi Tuti, kemana sih kalian semua? Dipanggil kok gak nyahut-nyahut sih," teriaknya memekakkan telinga seluruh penghuni rumah itu. "Iya princess, ada apa? Sampai-sampai memanggil kami semua", sahut salah satu pelayan itu. "Kalian ini gimana sih, gak bisa membantu sama sekali. Buat apa papi gaji kalian mahal-mahal, kalau gak bisa urus princess. Kemarin kan udah princess kasih tahu, hari ini princess ada jadwal kuliah pagi. Kenapa gak bangunin princess sih?" sentaknya dengan nada ketus. "Maaf princess, sebenarnya kami sudah berusaha membangunkan, tapi kami tak tega karna princess sedang tidur pulas", sahut Bi Surti. "Huh, bilang aja kalau princess susah dibangunin. Ya kan?" sambil berlalu meninggalkan ketiga pelayannya itu.

    

    Ia pun segera bergegas untuk mandi. Setelah itu, ia masih saja dandan abis-abisan dengan barang-barang branded-nya. Ia berangkat dengan mengendarai mobil pribadi yang merupakan hadiah sweet seventeen-nya dulu. Waktu menunjukkan pukul 09.00 WIB, ia melaju secepat kilat, karena satu setengah jam yang lalu telah ia habiskan untuk berhias diri. Ia sudah sangat terlambat, ditambah lagi dosen ekonomi yang sangat killer.


    "Pim... pim... pim...," terdengar laju Lamborghini dengan klakson yang menggema di seantero Kampus Citra Internasional pada pagi itu. Hanya anak orang tertentu saja yang bisa masuk kampus itu. Semua mahasiswanya sangatlah kaya di atas rata-rata. Mereka adalah anak-anak dari para pengusaha sukses, jenderal TNI, menteri luar negeri, duta besar luar negeri, para pejabat pemerintah, para petinggi partai politik, dan lain sebagainya. Ada satu anak yang paling kaya raya, dialah yang membunyikan klakson itu. Dia anak dari pengusaha batu bara terbesar di Asia Tenggara.

    

   Dengan tergesa-gesa, ia memasuki ruang kelas dengan bercucuran keringat. Sialnya lagi, dosen killer itu masih ada di kelas. Ia pun kena semprot marah si dosen itu dan dapat hukuman lari mengelilingi lapangan basket sebanyak lima kali. Sontak mahasiswa yang lain menertawakannya dan mulai mencaci makinya. Tidak ada seorang pun yang menaruh simpati atau respect padanya, karena ia sangat manja, alay, angkuh nan sombong atas kemewahan yang ia miliki. Hanya ada tiga orang yang mau berteman dengannya, mereka adalah Linda, Rani, dan Vania. Walaupun mereka sering diperlakukan sebagai dayang yang tak berarti, tapi mereka tetap bertahan agar  terlihat kece nan populer jika bisa berteman dengan anak paling kaya di kampus.


    Bay the way, dia adalah Nisya si anak paling kaya itu. Dia dijuluki princess tidur lah, princess kesiangan lah, princess gila branded-lah, atau apapun itu. Ia paling benci jika harus mendengar julukan-julukan itu. Tapi, ia paling senang jika dipanggil Princess Nisya atau Incess Sya-sya.


    Nisya naksir berat sama si Ryan, anak baru itu. Karena Ryan punya wajah yang rupawan dan tubuh yang menawan. Dia anak paling kaya setelah Nisya, ia juga jago main basket. Pokoknya, Ryan adalah cowok idaman banget deh yang bisa memikat para kaum hawa. Tak butuh waktu lama, Ryan langsung mengutarakan isi hatinya pada Nisya. Nisya pun setuju karena ia juga menaruh hati pada Ryan.


    Setiap pulang dari kampus, Ia menghabiskan waktu bersama ketiga temannya untuk makan di cafe, spa, atau shopping barang-barang yang lagi ngetren. Dalam sehari, Nisya bisa menghabiskan belasan juta rupiah hanya untuk berfoya-foya bersama ketiga temannya itu.


    Setelah habis shopping, Nisya pulang ke rumah. Alangkah terkejutnya ia melihat tulisan di gerbang rumahnya yang berbunyi, Rumah ini disita. Betapa hancur hati Nisya saat melihat semua ini. Ternyata papinya mengalami kebangkrutan dan punya banyak hutang. Dengan berat hati, papi, mami, dan Nisya harus keluar dari kemewahan yang selama ini mereka rasakan. Sedangkan para pelayan, tukang kebun, maupun sopir harus pulang ke kampung halamannya tanpa diberi gaji terakhir. Nisya harus tinggal di sebuah kontrakan kecil yang letaknya lima ratus meter dari rumahnya dulu. Nisya masih bisa kuliah di kampus elite itu, karena papinya masih ada sedikit uang untuk bisa menyelesaikan kuliahnya satu bulan kedepan.


    Mendengar apa yang terjadi pada Nisya, Ryan memutuskan hubungan mereka. Mereka hanya menjalin asmara selama lima bulan. Ryan pacaran dengan Nisya itu karena ia ingin populer di kampus itu. Ketiga temannya juga meninggalkannya dengan alasan yang sama.


    Kabar tentang Nisya yang jatuh miskin itu menyebar ke seantero kampus. Sontak seluruh mahasiswa mengucurkan ratusan caci maki pada Nisya. Waktu Nisya masih kaya saja ia dicaci maki, apa lagi sekarang ia sudah jatuh miskin.


    Tapi, masih ada satu orang yang menaruh simpati pada Nisya, ia selalu melindungi dan membantu Nisya dikala susah. Dia adalah Delon, si cowok biasa-biasa saja dan tidak popular. Delon punya pribadi yang lucu, gokil, seru, dan asyik. Sehingga ia mampu menghibur dan mengobati luka hati Nisya. Selama berjalannya waktu, mereka menjadi sangat dekat dan saling terbuka dalam berbicara. "Nis, aku bisa kuliah di kampus ini karena aku dapat beasiswa prestasi. Jadi, kamu jangan sedih ya kalau diejek miskin. Karena aku juga miskin kok", ungkap Delon. "Wah, hebat dong. Kamu ternyata anak jenius ya", kata Nisya. "Delon, kalau boleh aku jujur. Sebenarnya aku masih suka sama Ryan dan aku gak bisa lupain dia begitu saja." Delon pun terdiam mendengar perkataan Nisya itu. Sejak kenal dengan Delon, Nisya mulai berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi, mandiri, sederhana, dan tidak manja.


    Hari kelulusan pun tiba, Nisya lulus jadi sarjana ekonomi dengan hasil yang memuaskan. "Wah, Delon kemana ya? Aku ingin merayakan kelulusan ini bersamanya," Nisya tampak kebingungan mencari Delon. Nisya pergi ke tempat biasa mereka mengobrol. Tapi, ia tak mendapati Delon di sana, hanya ada sepucuk surat dalam botol kaca berhiaskan pita merah.


    Nisya mengambil surat itu dan membacanya. Surat itu berbunyi, "Nis, kalau boleh aku jujur. Aku sangat mencintaimu sejak dulu sampai detik ini. Tapi aku sadar, cintaku ini bertepuk sebelah tangan. Aku tahu, kamu masih suka sama Ryan dan aku gak mau ganggu kamu lagi. Terima kasih atas pertemanan kita selama ini. Selamat ya atas kelulusanmu. Semoga kamu jadi wanita yang sukses dan mandiri. Semoga kita bisa bertemu lagi dimasa yang akan datang. Mungkin, waktu kamu baca surat ini, aku sudah dalam perjalanan ke Kanada. Aku akan melanjutkan S2 selama tiga tahun di sana. Maaf aku gak bisa pamitan secara langsung, karena ku tahu ku tak kuasa menahan air mata saat mengucap perpisahan. Jaga dirimu baik-baik ya. Ku selalu setia menunggu jawabanmu, saat kau katakan kau juga suka padaku."


    Nisya mengucurkan derasnya air mata saat membaca surat itu. "Delon, sebenarnya aku juga merasakan hal yang sama sepertimu. Aku cinta kamu. Memang, dulu aku bilang kalau aku masih suka sama Ryan. Tapi, aku kan gak pernah bilang kalau aku cinta sama Ryan," Nisya berkata dalam hati sambil mengusap air mata yang membasahi kedua pipinya. Nisya pun memutuskan segera pergi ke bandara untuk melihat Delon terakhir kali, selagi ia masih sempat. Namun sayang, saat Nisya sampai di bandara, ia tak menjumpai Delon. Karena Delon sudah terbang ke Kanada sejak lima menit yang lalu. Bertambah sedihlah hati Nisya.


   Enam tahun setelah perpisahan itu, Nisya sudah menjadi wanita yang sukses dan mandiri. Ia menjadi sekretaris di salah satu perusahaan perak ternama di Asia Tenggara. Papi dan maminya Nisya ingin kalau Nisya bisa segera menikah, karena sudah waktunya ia menikah. "Nak, sudah waktunya kau menikah. Papi mau kau menikah dengan anak teman papi. Dia Leon, anaknya Om Hans. Leon kan sahabat masa kecilmu dulu. Papi dan Om Hans setuju kalau kalian dijodohkan. Bagaimana pendapatmu, nak?" tanya Papi Nisya. "Sebenarnya Nisya gak mau dijodohkan Pi, karena Nisya sudah cinta sama orang lain. Tapi, dengan senang hati kan ku lakukan itu untuk kebahagiaan papi dan mami," jawab Nisya.


    Papi dan Mami Nisya mengajak Nisya ke restoran bintang lima untuk makan siang sekaligus membahas perjodohan antara Nisya dan Leon. Nisya, papi, dan maminya sampai di restoran itu, tapi tak melihat adanya Leon. Hanya ada Om dan Tante Hans saja. Mereka berlima menunggu kedatangan Leon. Karena Leon tak kunjung datang, mereka berlima memutuskan untuk segera makan siang karena hari mulai petang. Nisya memutuskan tuk pergi ke toilet. Saat ia kembali, ia melihat ada seorang pria yang duduk di meja makan di sebelah kanan papinya. "Itu pasti Leon," gumamnya dalam hati. Nisya mulai berjalan menuju meja makannya.


    "Sebentar, sepertinya ku mengenal wajah itu. Seperti tak asing bagiku," pikir Nisya, "Delon..." seketika itu juga Nisya berlari dan mendapati Delon dalam pelukannya. Nisya ingin melepas semua kerinduanku pada Delon, pria yang ia cintai. Tapi, tunggu dulu. Apakah Delon dan Leon adalah orang yang sama? "Pasti kamu juga bohong soal beasiswa prestasi itu kan?" Nisya sedikit marah. "Nisya, sebenarnya namaku Delon. Tapi, waktu kita kecil, kamu selalu panggil aku Leon. Maaf soal beasiswa prestasi itu. Aku bohong, karena aku mau kita bisa berteman tanpa memandang status. Setelah tiga tahun aku lulus S2, aku langsung meneruskan perusahaan emas milik papaku," jawab Delon.


    "Nis, sebenarnya kita gak jatuh miskin. Kita masih punya seluruh aset perusahaan dan kekayaan dulu. Maafkan papi, tapi ini semua demi kebaikanmu. Mungkin jika hal ini tidak dilakukan, pasti kami masih jadi Nisya yang dulu. Tapi, papi bersyukur kamu jadi Nisya yang mampu sukses dari usaha dan jerih payahmu sendiri," ungkap Papi Nisya. "Oh, jadi selama ini papi dan Delon sudah bohong sama aku. Kalau begitu, aku mau pulang saja," Nisya kecewa sambil berlalu meninggalkan mereka semua.


    Belum sempat Nisya keluar dari restoran itu, tangan Delon sudah menarik dan memegang erat tangan Nisya. Delon pun meminta maaf dan Nisya juga memaafkannya. Delon mengeluarkan sepasang cincin dari sakunya yang siang tadi ia beli di toko perhiasan. Itu sebabnya, mengapa ia terlambat datang ke restoran itu. Delon melamar Nisya di bawah temaram senja. "Will you marry me?" tanya Delon. "Yes, I will," jawab Nisya. Temaram senja pun menjadi saksi cinta mereka berdua.

Comments

Popular posts from this blog

4 Villa

Don't Forget to Love Me

Doctor Police