Aroma Cinta
Cherry baru saja lulus SMA, dia mempersiapkan segala tugas ospeknya untuk masuk ke kampus barunya. Saat sedang memulai tugasnya itu, ia mencari-cari gunting yang tak bisa ia temukan di rumahnya. Rumah Cherry sangatlah besar karena ia dari kalangan orang kaya. Kakeknya adalah seorang ilmuan sekaligus founder perusahaan farmasi yang sekarang dikelola oleh papanya. Sedangkan mamanya pemilik toko bunga sekaligus seorang florist. Karena kesulitan mencari gunting, Cherry pun memasuki ruang kerja mamanya yang sedang merangkai bunga. Setelah mengambil gunting dari ruangan itu, ia merasa kehausan dan mencari cairan yang bisa diminum segera. Tak sengaja ia melihat botol sirup ada di ruang kerja kakeknya yang sedang tidak ada di sana. Cairan itu ia kira sebagai jus jambu karena rasanya yang sangat mirip, cocok untuk melepas dahaga di siang itu.
Pada malam hari saat jamuan makan malam. Di sana berkumpul seluruh keluarganya. Ada Kakek Leo, Papa Frans, Mama Hany, dan Chiko adiknya. Saat itu Kakek Leo bertanya pada seluruh anggota.
“Oh iya, tadi siang siapa yang masuk dan minum ramuan milik kakek yang belum selesai formulanya itu?”
“Ma ma maaf Kek, tadi siang Cherry ngga sengaja minum cairan yang ada di botol sirup itu. Cherry kira itu jus jambu Kek. Lagipula jarak ke dapur sangat jauh di rumah kita yang besar ini hehe…”
“Astaga Cherry, itu ramuan cinta. Memang rasanya mirip sih karena warna pink nya dari ekstrak buah jambu.”
“Lalu gimana Kek? Apa efeknya di tubuh Cherry?
“Udah lah Kak, lumayan tuh ramuan bisa bikin kakak nggak ngejomblo mulu. Biar cepet dapet pacar gitu.”
“Huhh… kamu sembarangan amat sih Chik, sebel deh…”
Kakek pun menjelaskan bahwa efek samping itu mungkin akan Cherry rasakan pada keesokan harinya. Keesokan harinya adalah hari pertama masa ospeknya, Cherry dibangunkan oleh mamanya. Dia mencium aroma lavender dari tubuh mamanya itu. Saat ia akan berpamitan dengan papanya, lagi-lagi ia mencium aroma lavender yang sama seperti mamanya tadi. Begitu juga dengan aroma citrus yang keluar dari tubuh Chiko. Segera ia menemui kakeknya itu di ruang laboratoriumnya. Kakeknya yang beraroma amber itu menjelaskan bahwa pasangan aromanya tidak akan ada lagi sejak kematian neneknya itu. Dengan begitu ia menyadari bahwa setiap orang memiliki pasangan aromanya sendiri. Namun, Cherry juga bisa mencium aroma vanilla yang keluar dari tubuhnya sendiri. Karena khawatir, orang tua Cherry meminta kakek untuk membuat penawarnya. Namun ternyata kakeknya tak bisa membuatnya sebab formula ramuan cinta itu sejatinya belum selesai dibuat namun telah habis diminum Cherry. Jalan satu-satunya adalah dengan menemukan pasangan aroma milik Cherry itu. Indra penciumannya yang kuat membuat Cherry tak tahan dekat-dekat dengan orang lain. Dia memutuskan untuk memakai masker kemanapun ia pergi, kecuali di rumahnya sendiri karena ia masih bisa menerima aroma dari semua orang yang ada di rumah itu.
Dengan Cherry memakai masker, membuatnya mencolok di antara teman ospeknya yang lain. Tiba-tiba ia dipanggil oleh seniornya.
“Itu yang pakai masker, coba sini maju ke depan.”
“Oh sa saya Kak.”
“Iya lah kamu, siapa lagi emang?”
“Ba baik Kak…” Dengan sedikit ketakutan Cherry pun memberanikan diri untuk maju ke depan.
“Memangnya kamu jurusan apa di kampus ini?”
“Saya jurusan seni, Kak.”
“Oh, seni keperawatan? Jurusan keperawatan aja ngga ada yang pake masker medis gitu.” Sontak membuat semua orang yang ada di sana tertawa seolah meledek Cherry.
“Maaf Kak saya cuman punya masker ini di rumah.”
Untungnya Cherry bisa mengelak dan terbebas dari hukuman, ia beralasan sedang sakit flu dan berhasil lolos dari hukuman. Untungnya lagi ospek itu hanya berlangsung 3 hari, jadi Cherry bisa leluasa memakai maskernya. Entah apa yang akan terjadi saat kuliahnya nanti di mulai, ia harus mencari-cari berbagai alasan untuk tetap memakai masker. Sebab di kampus itu, memakai masker dianggap kurang sopan dan tidak menghargai lawan bicara. Oh iya, senior tingkat 2 tadi bernama Grandy. Dia adalah pria paling keren, tampan, dari jurusan fotografi, dan terkenal di kampus itu. Semua kaum hawa mengidolakannya, kecuali Cherry yang membencinya sejak pertama kali ia dibuat malu olehnya.
Benar saja, Cherry harus mengelak dengan memberi seribu alasan pada setiap dosen yang ia temui di kelasnya. Sangatlah sulit bagi Cherry untuk bertahan dengan masker itu, dia juga harus kuat mental saat teman-teman kelas maupun seluruh anak kampus meledeknya sebagai ‘topeng masker’. Namun, hanya ada seseorang yang mau menjadi temannya. Dia adalah Erico yang biasa dipanggil Rico. Dia sih nggak terlalu terkenal, tapi termasuk tampan juga. Rico berteman dengannya sejak pertama kali mereka berkenalan di masa ospek dan kebetulan satu kelas di jurusan seni. Hanya Rico saja yang menerimanya apa adanya di saat banyak orang meledeknya. Dia sangat tulus berteman dengan Cherry.
Setiap harinya Cherry merasa tidak nyaman dan mengadukan hal tersebut pada orang tuanya. Papanya yang mengelola perusahaan farmasi itu meminta bantuan pada semua koleganya, namun tak ada satupun yang bisa membantu. Mamanya hanya bisa membantu Cherry dengan memberinya ekstrak bunga pada masker milik Cherry untuk menangkal aroma orang lain. Kakeknya pun masih berusaha untuk menemukan formula terbaik untuk mencari penawarnya. Apalagi Chiko adiknya yang tidak bisa diandalkan karna ia masih duduk di bangku SMA.
Suatu hari, adiknya membawa pacarnya untuk main ke rumah. Pacarnya bernama Anita itu adalah anak dari kolega papanya, yaitu Pak Hans dan Ibu Ani. Seluruh keluarganya menyambut kedatangan Anita dengan sangat baik.
“Kak… Kak… coba deh cium aroma pacarku si Anita itu. Kali aja aku berjodoh sama dia.”
“Apaan… sih Chik. Aku bukan peramal ya yang bisa menjodoh-jodohkan orang.”
“Ayolah Kak, aku minta bantuannya kali ini aja. Please…”
“Yaudah yaudah… mana Anita?”
“Itu Kak, dia ada di ruang tamu dengan papa, mama, dan kakek.”
Cherry pun segera menemui Anita ke ruang tamu dan ikut berkumpul dengan keluarganya yang lain. Dia berbisik dan mengatakan pada Chiko bahwa Anita memiliki aroma citrus dan berjodoh dengan aroma miliknya itu. Chiko pun merasa senang, akhirnya pengembaraan cintanya pun bisa berakhir dengan Anita. Cherry tahu betul kalau adiknya itu seorang playboy yang sering gonta-ganti pacar dalam sebulan, dia ikut senang jika adiknya itu bisa menemukan jodohnya. Tapi, Cherry khawatir jika nanti dirinya dilangkahi adiknya duluan di pelaminan. Pasalnya, sampai saat ini ia belum juga menemukan pasangan aromanya sendiri yang berbau vanilla.
Hari yang tak pernah terbayang itu pun datang. Cherry dipanggil oleh rektor kampus ke ruangannya. Dia diberi surat peringatan karena selalu memakai masker di kelas maupun di lingkungan kampus. Ternyata seluruh dosen mengadukan hal tersebut pada rektor. Akhirnya Cherry harus melepas maskernya dan berjalan keluar dari ruangan itu. Saat ia mulai membuka pintu, seluruh aroma dari para mahasiswa itu semerbak di penciumannya. Cherry pun tak kuasa menahan diri dan akhirnya ia pingsan. Saat ia membuka matanya, ia melihat seorang pria yang ia kira telah membawanya ke klinik kampus. Dengan sedikit sadar, ia mencium aroma vanilla yang tercium samar-samar tapi bukan keluar dari tubuhnya. Aroma Violet dari pria itu lah yang lebih kuat dari aroma vanilla yang ia cium. Pria itu adalah Erico yang menemani Cherry sampai ia sadarkan diri. Rico menjelaskan bahwa bukan dirinya yang membawa Cherry ke klinik itu. Dia hanya mengunjungi Cherry setelah mendengar semua orang membicarakan tentangnya.
Di hari berikutnya ia terkejut dengan pemberitaan semua orang tentangnya. Ia mendengar anak-anak kampus berbisik-bisik.
“Eh guys, itu Cherry kan ya. Si ‘topeng masker’ itu.”
“Iya iya benar dia si Cherry itu.”
Cherry pun mulai risih dan bingung dengan apa yang orang lain bicarakan tentangnya. Dia mulai melihat dirinya dari ujung rambut sampai ujung kepala. Mencari tahu hal apa yang membuatnya berbeda. Dia dibuat bingung lagi dengan ulang seluruh kaum adam yang ada di kampus itu. Seolah mereka yang sebelumnya mengejeknya malah mendekat, membuat rayuan, dan berusaha menarik perhatiannya. Banyak kaum hawa yang terlihat memandangnya dengan sengit seolah mereka iri padanya. Cherry pun mulai ketakutan dan berusaha menjauhi mereka, dia mulai mencari Rico sahabatnya itu.
Di ruang kelas pun merasa demikian, semua kaum adam meliriknya sedari tadi ia masuk kelas itu. Kecuali Rico yang merasa biasa saja duduk di bangku sebelah Cherry. Setelah mata kuliah selesai, Cherry bertanya pada Rico.
“Ric, ada yang aneh nggak sih sama aku? Kok sedari tadi kayaknya banyak orang yang memandangku.”
“Ya ampun Cher, kamu ini polos atau gimana sih. Kamu tuh cantik pake banget lagi. Makanya mereka cowok-cowok terus mendekatimu sejak kamu melepas masker itu.”
“Masak sih? Perasaan aku nggak merasa begitu hehe.”
“Kamu aja yang nggak tahu.”
“Oh gitu ya, kamu nggak mau kayak mereka Ric? Daftar jadi fans ku…. wkwkwkw”
“Apaan sih Cher nggak usah ge er deh. Aku cuman menganggapmu sebagai sahabat daong kok. Lagi pula aku sudah punya pacar di luar negeri. Kamu ngga marah kan Cher kalau aku menolakmu?”
“Hahahahha… aku cuman bercanda kali. Pantesan kamu biasa aja denganku dari kemarin. Syukurlah kamu hanya menganggapku sebagai sahabat. Kamu memang sahabatku yang paling the best dehhhhh… ”
Cherry pun semakin dekat dan terbuka pada Rico, dia menganggapnya sebagai sahabat yang selalu ada untuknya. Rico selalu sabar mendengarkan curhatan Cherry tentang satu hal yang paling rahasia dalam hidupnya. Termasuk tentang kemampuan penciumannya yang tajam dengan aroma tubuh itu. Rico pun sempat tertawa mendengar pengakuannya itu. Namun Rico sedikit mulai mempercayainya dan berharap Cherry bisa bertemu pacarnya kelak untuk mencari tahu pasangan aromanya. Rico member dukungan pada Cherry untuk mendapatkan pasangan aromanya karena ia kasihan pada Cherry yang harus bepergian dengan memakai masker. Kecuali di rumah maupun di kampus yang tidak memperbolehkannya memakai masker itu, Cherry tetap memakai masker sekalipun pergi ke taman. Setiap sore, Cherry dan Rico selalu pergi ke taman untuk mengembangkan bakatnya dalam melukis. Mereka sedang mengerjakan tugas akhir semesternya dengan melukis pemandangan alam.
“Cherrr…. Coba deh lepas maskermu sebentar. Udara di taman ini sangat segar dan sepertinya cuma ada kita berdua saja karena hari mulai petang.”
“Iya iya Ric.. Aku dari tadi juga nggak tahan dengan masker ini. Pengen buru-buru merasakan udara luar hehe…..” Setelah melepas masker itu, lagi-lagi Cherry merasakan samar-samar aroma vanilla yang sepertinya tak jauh dari tempatnya.
“Ric.. apa menurutmu cuman ada kita berdua di sini?”
“Iya lah, sepi gini kok. Jangan bilang kamu punya indera keenam bisa melihat tak kasat mata juga ya? Ihhhh merinding tahu.”
“Hushhh kamu ini sembarangan….. Nggak lah Ric, aku mencium aroma vanilla pasanganku nih. Tapi aku ngga bisa melihat siapa-siapa di sini.”
“Ya udah lah, kita pulang aja yuk. Hari mulai gelap.”
Di kampusnya itu, Cherry masih aja di kejar-kejar para kaum adam. Beruntung ia punya sahabat Rico yang selalu menolongnya keluar dari kerumunan itu. Semua orang pun mengira Rico dan Cherry berpacaran sampai akhirnya mereka tak mendekati Cherry lagi. Cherry mulai terbiasa dengan aroma-aroma yang ia cium. Dia tak lagi pingsan seperti waktu itu.
Suatu hari Cherry sedang makan di kantin Kampus. Tiba-tiba ada geng cewek yang mendatanginya. Genk itu dipimpin oleh Anabel, senior tingkat dua yang menjadi teman sekelas Grandy.
“Hehhhh…. Lo tuh jadi cewek jangan sok kecentilan deh…. Nggak usah sok cantik, emang lo pikir Grandy bisa suka sama loe?”
“Ma ma maaf Kak, saya ngga bermaksud apa-apa. Lagipula saya sudah nggak pernah ketemu Kak Grandy lagi kok sejak ospek itu.”
“Ya udah… Jaga omongan lo ya. Jangan sampai gue liat lo muncul di hadapan Grandy lagi. Ingat itu!!!!”
“Baik Kak…” Cherry merasa ketakutan ketika dilabrak oleh seniornya itu.
Tak sampai disitu saja. Anabel mengambil minuman teh milik Cherry dan menyiramkan tepat di atas kepalanya. Semua orang di kantin itu terkejut dan ikut membela Cherry. Anabel dan geng-nya pun segera pergi dan meninggalkan tempat itu.
Cherry pulang ke rumah dengan basah kuyup dan berusaha menutup-nutupi hal itu pada orang tuanya.
“Cher, kenapa kamu basah kuyup gitu? Ada yang jahatin kamu lagi?”
“Eng…nggak kok Mah, ini ulah Cherry yang nggak hati-hati.”
“Oh iya Cher, nanti malam kamu nggak ada acara kan? Ntar ada acara makan malam ke rumah Om Hans dan Tante Ani.”
“Haaa, emang si Chico mau tunangan Pah?”
“Ya belum dong Kak, suka berasumsi gitu ih Kakak…. Cuman makan malam biasa doang lohhh” Tiba-tiba Chiko muncul dan ikut pembicaraan.
“Ya udah Cher, kamu siap-siap dan segera ganti baju aja. Nanti masuk angin loh…” Kata kakek menasihatinya.
Malam pun tiba, Cherry sekeluarga telah ada di rumah Om Hans itu dengan tetap memakai masker. Sebelum makan malam, mereka menunggu anak Om Hans yang paling tua bersiap diri di kamarnya. Tiba-tiba Cherry ingin ke kamar mandi, ia pun meminta izin pada Tante Ani untuk diberi tahu letak kamar mandi itu. Seolah semua hal direncanakan, Tante Ani memberitahukan letak yang salah. Cherry pun masuk ke kamar seseorang yang tidak ia kenal. Alangkah terkejutnya ia melihat foto dirinya tertempel di dinding kamar itu. Sepertinya itu kamar anak laki-lakinya Om Hans. Cherry shock melihat foto-fotonya sejak dia SMP ada di sana. Di mulai dari dia yang menonton konser musik Kak Randy, kakak kelas yang ia kagumi sedari SMP. Sampai pada foto yang memalukan saat ia diguyur minuman teh oleh Anabel seniornya itu. Bahkan foto saat dia pingsan di klinik kampus pun ada di didinding itu. Juga foto saat ia melukis di taman bersama Rico.
Terdengar suara orang membuka kamar mandi di kamar itu. Dia adalah anak tertuanya Om Hans. Mereka berdua pun terkejut dan Cherry pun teriak sangat keras. Tanpa basa-basi, Cherry langsung masuk ke kamar mandi itu karena ia sudah tidak tahan lagi ingin buang air kecil. Ternyata pria itu adalah Grandy, seniornya di kampus yang sangat ia hindari. Seketika, Cherry menyadari setelah ia membuka maskernya. Tercium aroma vanilla yang sangat kuat dari kamar mandi itu. Padahal di sana tak ada satupun sabun yang beraroma begitu, dia lantas menyadari bahwa itu adalah aroma si Grandy.
Di ruang makan, keluarganya dan keluarga Om Hans pun terkejut mendengar teriakan itu. Mereka tertawa geli karena sepertinya rencananya berhasil menjodohkan Cherry dengan Grandy. Setelah keluar dari kamar mandi, Grandy ternyata menunggunya di depan pintu hendak memberi penjelasan.
“Cher, kamu dah liat foto-foto ini kan?”
“Hmmmmmm….” Cherry mengangguk mengiyakan sambil tersipu malu
“Jadi gimana Cher?”
“Gimana apanya sih Kak? Nggak ngerti deh…”
“Jujur aku mengagumimu sejak kita SMP dan berharap bisa bertemu denganmu lagi.”
“Tapi, jujur ya Kak. Aku bahkan ngga mengira kalau Kak Randy itu ya Kak Grandy. Seperti orang yang berbeda.”
“Aku tambah ganteng kan?” Sambil garuk-garuk kepala.
“Apaan sih Kak….” Cherry pun mengiyakan dalam hatinya sebab Kak Randy itulah cinta pertamanya sedari dulu. Dia sangat senang bisa bertemu lagi dengannya.
Grandy pun menjelaskan bahwa awalnya ia tak mengira Cherry adalah wanita yang ia kagumi selama ini. Sampai suatu ketika ia melihatnya tanpa masker pingsan di depan ruang rektor dan membawanya ke klinik. Sejak saat itu dia mulai mengikuti Cherry termasuk mem-fotonya dari kejauhan saat di taman itu. Juga memfotonya saat dilabrak oleh Anabel. Itu semua karena Anabel cemburu si Grandy selalu mengikuti Cherry dan diam-diam memotretnya. Cherry pun mulai mengerti situasi ini. Tiba- tiba ia kehilangan penciuman tajamnya sejak bertemu secara langsung tanpa masker dengan Grandy. Kemampuannya itu telah sepenuhnya hilang dengan Cherry menemukan pasangan aromanya.
“Jadi, kamu dan Rico itu pacaran ya?”
“Hahhh… Nggak kok Kak, lagian dia udah punya pacar juga sih.”
“Jadi kamu free?”
“Free apaan nih?”
“Free hatinya buat aku hehehe.”
“Boleh….” Sambil tersipu malu.
“Jadi, kamu mau jadi pasangan hidupku?”
“Ya, aku mau.”
Mereka berdua bergandengan tangan menemui keluarganya yang menunggu kabar sedari tadi di ruang makan. Keluarganya semua terkejut dan senang perjodohan Grandy dan Cherry berhasil. Orang tua mereka pun tak tahu jika Grandy dan Cherry memang ditakdirkan bersama. Mereka berdua menjelaskan semuanya dari awal mereka bertemu, termasuk alasan di balik masker Cherry. Kedua keluarga itu pun menyatu dengan bahagia bersama dengan pasangan Grandy & Cherry juga Chiko & Anita. Kakek Leo pun sudah lega, cucunya bisa kembali normal lagi.

Comments
Post a Comment