Curtural Heritage of Love
Dia selalu berjualan di vila-vila yang ada di kawasan kaliurang tersebut. Sampai suatu hari ia bertemu dengan bocah laki-laki bernama Bumi. Setiap liburan sekolah, Bumi dan keluarganya selalu menginap di villa miliknya itu. Bumi dan Mega menjadi sahabat dekat dan selalu bermain di musim liburan sekolah sambil berjualan jadah tempe. Sampai kelulusan SMK dia tak lagi berjumpa dengan Bumi karena Bumi meneruskan kuliah ke luar negeri. Mega akhirnya kehilangan lagi seseorang yang sangat ia cintai, seperti kehilangan neneknya yang juga meninggal saat itu.
Mengingatkan pada luka trauma di masa kecilnya sebelum bertemu Mbok Asri. Sebelum meninggal, Mbok Asri memberikan saputangan bermotif batik Mega Mendung, satu-satunya milik Mega saat pertama kali menemukannya. Mulai saat itu, ia bertekad untuk mencari keluarga kandungnya sambil bekerja.
Mega telah lulus dari SMK tata busana dengan kemampuan membatik yang mumpuni. Ibu Ayu, mantan guru membatiknya di SMK menawarkan pekerjaan di usaha batik miliknya. Di tempat itu Mega menjadi paling menonjol dengan kemampuan membatik di atas rata-rata pembatik lainnya.
Suatu hari, Bu Ayu memberitahu Mega bahwa ada lomba membatik di Kota Jogja. Mega tertarik pada perlombaan itu dan berharap bisa memenangkannya untuk biaya kuliah. Lomba itu diadakan oleh bengkel batik terkenal bernama Batik Dinata, milik keluarga besar Dinata.
Sampai lah Mega di bengkel batik itu. Perlombaan itu langsung diawasi oleh anak Ibu Jaya Dinata, pendiri pertama Batik Dinata itu. Dia adalah Sintha Dinata. Semua pembatik mulai membuat pola batik tulis di atas kain mori untuk selanjutnya dilakukan proses membatik dengan malam/ lilin khusus yang telah dipanaskan.
Mata Bu Sintha Dinata tertuju pada seorang gadis cantik yang sangat cekatan dan piawai, bahkan ia mendahului para pengrajin batik lainnya yang sudah senior. Gadis itu telah selesai melakukan proses membatik dan akan memulai proses pewarnaan.
Setelah proses pewarnaan selesai, gadis itu lalu menjemurnya di bawah terik matahari. Dalam waktu 30 menit, kain batik itu telah kering dan mulai mengeluarkan motif yang indah dari setiap proses pencelupan warna. Semua mata tertuju pada hasil karyanya yang sangat indah itu.
Terdengar decak kagum para juri yang melihatnya dari kejauhan. Para juri itu adalah Ibu Jaya Dinata, Ibu Shinta Dinata, serta beberapa anggota keluarga Dinata yang lain.
Setelah dilihat lebih jelas, Ibu Shinta Dinata teringat akan suatu hal. Dia sangat marah pada gadis itu. Walaupun pewarnaan kainnya berbeda, namun bisa terlihat jelas motif yang sama yang menjadi karya asli miliknya. Dia pun merasa bahwa gadis itu telah menjiplak karyanya. Bu Shinta memutuskan untuk mengeluarkan gadis itu dari perlombaan.
Segera gadis itu mengeluarkan saputangan miliknya. Alangkah terkejutnya Bu Shinta mendapati bahwa saputangan itu adalah karya asli miliknya yang secara khusus dibuat untuk mengikuti lomba 14 tahun lalu. Mengingatkannya pada tragedi naas kala itu.
....Flashback....
Empat belas tahun yang lalu diadakan lomba pengrajin batik se-Yogyakarta, tepatnya di daerah Kaliaurang. Takdir berkata lain, mobil berpenumpang 3 orang mengalami kecelakaan tunggal di pinggir jalan tepi jurang, kala menuju tempat lomba itu. Mengingatkan kesedihan Bu Shinta yang harus merelakan kepergian suaminya dan anaknya yang hilang entah kemana bersama hasil karya batiknya itu. Pencarian terus dilakukan namun ia tak dapat menemukan anaknya. Ternyata anaknya telah ditemukan oleh seorang nenek bernama Mbok Asri dan telah di rawat hingga akhir hayatnya.
.....Kembali masa kini.....
"Mega Dinata anakku...."
"Mega Dinata?"
"Iya Nak, ini Ibumu.... sapu tangan bermotif Mega Mendung itu sebagai perwujudan kasih ibu padamu Nak....Kamu sudah besar, sehat, dan pintar ya. Maafkan ibu ya Nak"
"Ibuuuuu....... Aku sangat merindukanmu. Maafkan aku yang terlalu kecil dan tak berani mencari Ibu. Tak apa Bu, ini semua bukan salah Ibu.... Mega sayang ibu...."
"Nggak papa kok Bu kalau Mega nggak dapat gelar juara itu."
"Iya Nak, kamu selalu menjadi juara di hati Ibu." Mereka pun saling berpelukan erat.
Pertemuan itu terjadi sangat hangat dan haru. Semua mata tertuju pada momen bahagia mereka berdua itu. Akhirnya, Mega tak mendapat gelar juara di perlombaan itu. Namun, karena jati dirinya yang sebenarnya, ia dapat kuliah dibiayai oleh Ibunya itu. Sekarang, kehidupan Mega menjadi sangat bahagia.
Mega kembali ke Desa Pakem bersama Ibunya untuk menemui Bu Ayu. Dia ingin menjelaskan segalanya padanya dna mengucapkan terima kasih. Tak lupa ia mengunjungi makam Mbok Asri yang telah sangat baik merawatnya.
Satu tahun kemudian, Batik Dinata mendapatkan pesanan khusus dari Keraton Yogyakarta. Pihak keraton ingin dibuatkan batik motif parang yang hanya diperuntukkan bagi Sultan Yogyakarta dan kerabatnya. Dengan penuh suka cita, Mega menerima tugas dari Ibunya untuk membuatkan motif batik paling sakral tersebut.
Kain batik Parang pun telah selesai, Mega mendapat kehormatan mengantarkan hasil karyanya itu langsung ke hadapan Sultan Yogyakarta. Dia pun bergegas menuju Keraton. Melewati serangkaian penjagaan ketat dari sejak awal dia masuk pintu gerbang.
Mega mulai memasuki ruangan yang biasa digunakan sebagai ruang keluarga keraton. Alangkah terkejutnya, ia melihat sosok yang tak asing baginya selama ini. Dia melihat Bumi, sahabat masa kecilnya itu beserta kedua orang tuanya. Ternyata, ayah Bumi adalah Sultan Yogyakarta. Sedangkan Bumi adalah Pangeran Mangkubumi, anak tunggal Sultan. Bumi terkejut sekaligus senang, ia bisa bertemu dengan Mega kembali. Hubungan mereka berdua semakin akrab seperti dulu.
Suatu hari, Bumi dan keluarganya berkunjung ke kediaman keluarga Dinata. Bumi akan mempersunting Mega sebagai istrinya. Mega menerima dengan senang hati. Tidak ada yang bisa menentang cinta mereka. Semua itu karena pihak keraton memiliki hubungan dekat dengan keluarga Dinata yang masih memiliki darah keraton.
Pernikahan berjalan dengan meriah namun tetap dalam kesederhanaan. Mereka mengadakan kirab budaya di sepanjang jalan Malioboro, pusat Kota Yogyakarta. Pihak keraton juga membayar para pedagang di sekitar jalan tersebut untuk menggariskan makanannya selama 1 minggu kirab budaya tersebut. Semua rakyat Yogyakarta sangat menikmati acara tersebut dan mendoakan kedua pengantin dapat hidup bahagia selamanya.
Comments
Post a Comment