What About Sun-Day?


    Seleksi modeling diadakan di salah satu mall di Samarinda. Acara tersebut milik desainer terkenal, Ivan Hermawan. Ia akan mencari 5 model terbaik untuk dibawa ke New York  Fashion Week yang ada di Amerika selama 1 bulan. Beruntungnya Christina Maharati, gadis cantik keturunan suku Dayak, Kalimantan ikut terpilih. 

    

    Satu bulan kemudian, Christina pulang ke Indonesia dan mendapati barang-barang berserakan di depan rumah. Suasana pun tak terkendali dengan hadirnya Bang Jack, lintah darat dengan 3 anak buahnya. Ternyata, ayah Christina meminjam uang untuk seleksi modeling dan bekal ia ke Amerika. Karena meminjam ke lintah darat, bunga hutangnya pun cukup besar dalam jangka 1 bulan. Ayah Christina memberikan surat rumahnya sebagai jaminan pada Bang Jack. Sayangnya, gaji menjadi model kemarin tak cukup menutup hutang itu. 


    Christina pun mencari cara mendapatkan uang dalam waktu 1 bulan ini agar dapat mempertahankan kepemilikan rumahnya. Tiba-tiba ia mendapatkan telepon dari seorang agensi kontes kecantikan Indonesia (biasa disebut Putri Indonesia) yang diadakan setiap 10 tahun sekali sejak tahun 1720. Orang tersebut merasa jika Christina layak untuk ikut jalur undangan masuk ke kontes tersebut tanpa tes setelah melihatnya di Amerika kemarin. Tanpa berpikir panjang, ia langsung setuju. Dengan harapan bisa menang dan membayar hutang ayahnya. Lagipula kontes itu akan diadakan minggu depan. Ia masih memiliki sisa gajinya kemarin untuk persiapan diri.

Seakan takdir memihak padanya, Christina Maharati keluar sebagai pemenang Putri Indonesia ke-30 di tahun 2020. Saat momen pengobatannya, ia melihat sesosok pria yang sepertinya tak asing baginya. Pria itu ada di bangku VVIP sponsor kontes. Ia ingat betul bahwa dia adalah pria yang sama yang ia temui di Amerika. Saat itu, ia bertabrakan dengan pria itu di belakang panggung fashion show.


    Akhirnya Christina bisa menebus hutang ayahnya dan mendapatkan surat rumahnya kembali. Namun, masalah tak selesai sampai di sini. Tiba-tiba ada 3 orang pria bertubuh kekar memakai jaket hitam mendatangi rumahnya. Sepertinya orang itu bukan dari pihak Bang Jack. Mereka mengatakan bahwa diutus untuk membawa Christina pergi ke Amerika untuk mengikuti kontes kecantikan dunia (biasa disebut Miss Universe). Mereka menunjukkan sebuah surat perjanjian. Tanpa ia sadari, ia telah menandatangani kontrak perjanjian untuk dibawa ke Amerika setelah pengobatannya. Karena ia menolak, 3 orang tersebut menarik tangannya dengan paksa dan akan membawanya pergi hari itu juga. Ayah dan ibunya tak bisa melakukan apapun untuk menolongnya.


    Tiba-tiba datanglah seorang pria memakai jas rapi, memiliki wajah rupawan blasteran Filipina-Indonesia, bertubuh tinggi dan gagah menarik lengan kiri Christina. Pria itu mengaku sebagai calon suaminya dan tak setuju jika calon pengantinnya itu dibawa pergi. Pria itu memperkenalkan diri sebagai pemegang sponsor terbesar Putri Indonesia. Dia adalah Christian Avelino, pengusaha batu bara terbesar di Samarinda. Christina hanya diam dan mengerti kode dari tatapan mata Christian.  Mendengar perkataan itu, ketiga orang tadi merasa tak bernyali dan langsung pergi. 


    Setelah itu, Christian pun menghampiri ayah dan ibu Christina dan memohon izin untuk mempersuntingnya. Dia mengatakan bahwa ingin membantu menyelamatkan Christina dari orang-orang tadi dengan pernikahan kontrak. Orang tua Christina pun menyetujui demi keselamatan anaknya. Lagipula Christian terlihat baik dan sopan. 


    Tak tinggal diam, Christina pun menarik Christian dan membawanya menjauh dari orang tuanya itu.

"Tunggu dulu, sepertinya kita pernah bertemu."

"Iya, aku masih mengingatmu. Kamu adalah gadis gaun merah itu."

"Siapa dan apa sih maksud Anda sebenarnya Pak?"

"Ya seperti yang sudah ku katakan tadi. Ngomong-ngomong dari mana kamu mendapatkan tato mahkota di lengan kirimu itu?"

"Oh, ini tato yang saya dapatkan setelah menjadi pemenang Putri Kecantikan. Memangnya ada apa?"

"Ngga ngga papa."

"Saya masih tak paham. Apa tujuan Anda sih?"

"Sudahlah, akan aku jelaskan nanti. Tunggu satu minggu dan aku akan kembali." Christian pun berlalu meninggalkan Christina di depan pintu gerbang. Ia memasuki mobil ferrari putih miliknya sambil memakai kacamata hitam yang menambah pesona ketampanannya itu. 


    Malam itu juga Christian pulang ke Filipina menemui papanya, pemilik perusahaan batu bara terbesar di Samarinda itu. Ia menceritakan segalanya tentang Christina, termasuk tentang tato mahkota itu. Papanya memperingatinya untuk menjaga Christina dengan baik. Sebab tato mahkota itu satu-satunya petunjuk misteri kematian Mama Christian di Indonesia.


    Seminggu kemudian, Christian membawa papanya menemui orang tua Christina. Setelah kedua belah pihak setuju, pernikahan kontrak itu hanya dilakukan secara catatan sipil. Christian membawa Christina ke kantor catatan sipil untuk menandatangani surat pernikahan resmi secara negara. 


    Setelah itu, Christian membawa Christina pergi ke suatu tempat sepi. Dia menceritakan alasan sebenarnya ingin membantu Christina. Tujuannya ingin mencari tahu misteri kematian mamanya di Indonesia, tepatnya di Samarinda ini. Dia menceritakan bahwa tato mahkota itu bisa menjadi petunjuk yang sebenarnya. Christian pun meminta bantuan Christina untuk ikut menyelidiki. Christina setuju sebagai wujud balas budinya. Christian memberikan sebuah kalung emas pada Christina sebagai tanda jika ia telah menjadi istrinya. Kalung itu indah dengan liontin berbentuk kunci.


    Beberapa hari setelahnya, saat Christina sedang berjalan sendiri, ia diculik oleh beberapa orang tak dikenal. Dia dibius dan matanya tertutup kain. Dalam kegelapan, ia menyadari bahwa ia telah dibawa sangat jauh dari Kalimantan bahkan sampai ke luar negeri. Ia merasa dibawa lewat jalur udara seperti menaiki helikopter dengan suara turbinnya. Christina dibawa ke sebuah tempat yang asing. Terdengar suara riuh gemuruh orang menawar harga tinggi di sebuah pelelangan. Setelah matanya terbuka, ia melihat dirinya berada di tengah-tengah ring tinju dikelilingi ratusan orang mafia kelas dunia. Orang-orang itu terlihat borjuis dengan pakaian yang mereka kenakan. Dia tak dapat melihat dengan jelas karena tempat itu gelap dan hanya ada sorot lampu menghadap ke arahnya. 


    Terdengar rentetan suara tembakan dari arah luar ruangan. Mereka berhasil masuk dan membuat semua orang lari berhamburan ke luar. Mereka berpakaian hitam dan memakai tameng pelindung. Di ruangan itu hanya menyisakan Christina, orang yang berpakaian hitam tadi, dan pihak mafia yang membawanya ke sana.


    Christina sangat ketakutan, ia merasa bahwa akan ada peperangan besar antar mafia. Dia mencoba mencari tempat bersembunyi saat pengawasan atas dirinya lengah. Dia bersembunyi di balik kontainer tempat penyimpanan anggur. Tiba-tiba ada seorang pria membekap dan memeluknya dari belakang. Seolah pria itu sedang melindunginya. Pria itu berbisik, "Tenang, jangan takut. Aku ada disini."

    

    Peperangan itu berakhir dan dimenangkan oleh mereka yang berpakaian hitam, pihak penyerang. Ternyata mereka adalah interpol (polisi internasional) Amerika. Tempat itu adalah sebuah bar mewah tersembunyi yang ada di kawasan New York. 


     Pria tadi adalah Christian Avelino dengan identitas sebenarnya sebagai Interpolis Amerika. Dia ditugaskan untuk menyelidiki human trafficking (perdagangan manusia) di Asia yang melibatkan mafia kelas kakap Amerika berkedok kontes kecantikan dunia (miss universe) dengan kontes kecantikan Indonesia (Putri Indonesia). Disamping itu, ia juga ingin menyelidiki siapa pembunuh Mamanya di Indonesia. Dia telah lega, pembunuhnya telah ditangkap dan diproses secara hukum. Lebih penting lagi, Christina aman dan selamat.


    Christian pun menjelaskan semuanya dan meminta maaf karena telah menyembunyikan identitas aslinya juga membuatnya dalam bahaya. Christina dapat mengerti dan memafkannya. Lagipula, Christian selalu membantunya dan ia sangat berhutang budi padanya. Christian menjelaskan bahwa ia dapat menemukan Christina karena selalu melacak keberadaannya dengan GPS yang ada pada kalung emas di leher Christina itu. Beruntung Christian menyadari perpindahan lokasi Christina yang tak wajar, ia segera menghubungi seluruh rekan interpolis yang ada di Amerika untuk menyusun siasat penyerangan itu. 



.......Flashback.....

    Usut punya usut, Mama Christian adalah pemenang Putri Indonesia ke-27 di tahun 1990. Ada seorang pengusaha batu bara terbesar di Samarinda, yaitu Papa Christian langsung jatuh cinta dan mempersunting mamanya lalu membawanya ke Filipina setelah penobatan kontes itu. Saat Christian berumur 2 tahun (di tahun 1992), mamanya pulang ke Samarinda untuk menemui adiknya, Bibi Marie. Namun, mamanya ditemukan tewas terbunuh secara misterius. Baru disadari, ada sebuah tato mahkota di lengan kirinya. Itu menjadi satu-satunya bukti yang belum terungkap. Akhirnya bisa terungkap setelah Christian memutuskan menjadi interpolis Amerika untuk mengungkap kejahatan internasional.



........Masa kini.....

    Christian mengantar Christina pulang ke Indonesia. Ternyata ia telah mempersiapkan surat perceraian. Karena pernikahan mereka tercatat secara sipil, maka harus melewati pengadilan dengan proses yang panjang. Dengan berat hati, Christina menyetujui hal itu karena mereka menikah pun tanpa didasari oleh cinta. 


    Christian pun pamit untuk kembali ke Amerika menjalankan tugasnya sambil sesekali ikut mengurus bisnis batu bara milik ayahnya itu. Christina pun merelakan kepergiannya. Sebelum berpisah, ia ingin mengembalikan kalung emas itu. Namun, Christian menolaknya dan berharap kalung itu sebagai kenang-kenangan darinya. Mungkin suatu hari nanti mereka bisa bertemu dan berteman baik.


    Satu tahun kemudian, Christina mendengar kabar bahwa guru Sunday School-nya (sekolah minggu) sedang sakit keras. Dia sedang dirawat di Rumah Sakit Siloam. Gurunya tersebut tak memiliki anak dan menganggap Christina seperti anaknya sendiri. Terdoronglah ia untuk menjenguk dan memberi dukungan moral pada gurunya itu. Dia mengingat semua kebaikan gurunya dan ingin membalas budi padanya.


    Setibanya Christina di rumah sakit, Gurunya (yang biasa ia panggil Bibi Marie) menyambutnya dengan suka cita. Di ruangan itu ada Paman Joseph, suaminya yang menjadi pendeta di Gereja Samarinda tempat Bibi Marie mengajar Sunday School. Sepertinya Bibi Marie sedang menunggu seseorang. 


    Terdengar suara seperti orang membuka pintu. Terlihat wajah pria yang tak asing baginya, ditambah Bibi Marie memanggilnya "Tian". Ternyata dia adalah keponakan satu-satunya Bibi Marie yang juga sudah dianggap sebagai anaknya. Nama Tian mengingatkannya pada sahabat Sunday School-nya dulu. Christina selalu memanggilnya "Summer Boy" (bocah lelaki yang selalu datang di hari Minggu, jika libur musim panas di Filipina). Sepanjang tahun, Christina selalu menunggu kedatangan "Summer Boy" itu. Sampai suatu hari, saat dia sudah lulus dari Sunday School (kelas 6 SD). Dia sudah tak pernah berjumpa lagi dengan Tian, "Summer Boy" itu tanpa mengucap selamat tinggal. 


    Tian yang merupakan Christian Alvenio, juga tak menyangka bahwa Christina Maharati adalah Tina, sahabat Sunday Schoolnya dulu. Mengetahui hal itu, Bibi Marie sangat senang jika Tian dan Tina bisa bertemu kembali dan sudah akrab. Bibi Marie pun kembali pulih dengan cepat. 


    Bertepatan libur musim panas di Filipina, Papa Christian pergi berkunjung ke Samarinda menyusul anaknya itu. Hari ini adalah hari Minggu. Papa Christian dan orang tua Christina mengikuti ibadah di ruang kebaktian Gereja Samarinda dengan dipimpin oleh Pendeta Joseph (atau biasa dipanggil Paman Joseph). Sedangkan Christian, Christina, dan Bibi Marie melayani sebagai guru Sunday School di ruangan lain tak jauh dari ruang kebaktian.


    Betapa senangnya melihat tawa lepas anak-anak yang polos itu. Mereka terlihat bahagia tanpa beban apapun di wajahnya. Setelah selesai mengajar, Christian membawa Christina ke suatu tempat yang tak asing baginya. Ruangan itu adalah loker penyimpanan barang para murid Sunday School. Mereka berdua berdiri tepat di depan loker tua yang terbuat dari besi itu. Terlihat loker itu masih kokoh dan terkunci dengan rapat, juga tertulis tahun kelulusan 2002 (tepat 18 tahun yang lalu dari sekarang 2020. Tepat di mana mereka berpisah saat kelulusan Sunday School di kelas 6 SD). Saat itu, Christian tak sempat mengucapkan kata perpisahan karena papanya langsung mengajaknya pindah ke Amerika mengurus bisnisnya yang lain. Di Amerika itulah Christian tertarik untuk menjadi seorang Interpol.


"Kamu masih menyimpan kalung itu kan?"

"Oh iya ini masih ada di leherku."

"Coba buka loker ini pakai liontin di kalung itu."

"Ha? Lucu banget sih. Jadi liontin ini bukan dari emas wkwkwk." 

"Bukan begitu. Liontin itu sangat berharga bagiku. Sudah dimodifikasi dengan balutan emas dan GPS."

"Kamu ini aneh-aneh saja. Coba kalau kalung liontin ini jatuh ke tangan orang lain. Pasti tak akan bisa buka loker ini kan?"

"Ah, sudahlah. Takdir kan berpihak pada kita hehe. Cepat buka saja loker itu."

"Iya sabar sebentar lah. Loh kok hanya ada selembar kertas?"

"Ambil dan baca aja sendiri."

"Astagahhh, tulisanmu ini kayak ceker ayam wkwkwk......"

"Ya maklum sudah 18 tahun yang lalu. Sekarang kita kan sudah berumur 30 tahun. Paling tidak masih bisa di baca lah." 

Secarik kertas yang mulai usang itu bertuliskan. "Tina sahabatku, maafkan Tian ya kalau pergi nggak bilang-bilang. Mahal kita !!! Tertanda Summer Boy"


"Mahal kita?"

"Iya aku juga."

"Aku tanya apa maksudnya kalimat itu loh... Malah dijawab begitu huuuhh.."

"Artinya *aku cinta kamu* dalam bahasa Tagalog, Filipina."

"Oh itu artinya."

"Ya dijawab dong...."

"Jadi, selama 18 tahun itu kamu memendam rasa itu? Lucuuuu tauuu..."

"Lebih gokil kamu kan? Satu-satunya perempuan yang selalu menungguku datang di hari Minggu musim panas........ Jawab dong!!!!" 

"Itu kamu tahu, kalau aku se-setia itu. Mahal kita !!!! hehe..."


    Mereka pun tak jadi bercerai secara negara/ catatan sipil. Mereka memutuskan untuk menikah secara agama sebagai pelengkap pernikahan yang sah hukum dan agama. Perjalanan kisah cinta mereka pun berakhir di altar depan altar suci. Sakramen pernikahan itu dipimpin langsung oleh Paman Joseph sebagai pendeta di Gereja Samarinda itu. Dengan diiringi senandung pujian merdu dari anak-anak murid Sunday School yang dipimpin oleh Bibi Marie, gurunya. Momen pernikahan itu pun dihadiri seluruh rekan Interpol Amerika, Papa Christian, orang tua Christina, keluarga besar Filipina-Indonesia, serta para tamu undangan lainnya.


    Papa Christian lega, anak tunggalnya itu telah menemukan cinta sejatinya. Terlebih lagi mengikuti jejak di masa mudanya menikahi sang Putri Indonesia asal Samarinda. Kini, perusahaan batu bara itu diberikan pada Christian dan ia telah mengajukan pensiun dini dari Interpol Amerika. Dia memilih tinggal di Samarinda, dengan keluarga kecilnya bersama Christina. Sedangkan orang tua Chriatina ikut bahagia dan lega bisa menjaga anak perempuan semata wayangnya dengan baik sampai menemukan jodohnya yang tepat. 

Comments

Popular posts from this blog

4 Villa

Don't Forget to Love Me

Doctor Police